Selepas, melihat usaha utama Cendol Dawet Lasah. Kami diantar ke berbagai usaha lainnya, yaitu usaha peternakan sapi. Tapi bukan cuma melulu soal susu tetapi para peternak dan istri sudah diarahkan untuk membuat produk unggulan lain dari sapi, seperti yoghurt.
Uniknya itu, ibu-ibu ini bahkan gak pernah loh cobain yoghurt tapi mereka malah dikasih pelatihan membuat yoghurt. Mereka sendiri pun sampai harus sengaja datang ke supermarket dan membuktikan sendiri daya jual yoghurt dan rasanya.
"Kok rasanya kaya susu sapi basi ya, apa bisa dijual?" katanya mereka heran.
Ternyata pas cek di supermarket, mereka baru paham kalau itu bisa dijual walaupun rasanya mereka ga suka. Hahaha
Akhirnya istri kelompok peternak ini mengajak saya membuat yoghurt dari dapur mereka dan dengan alat yang sungguh sangat sederhana. Bahkan antar mereka sendiri suka selisih paham saat membuatnya. Sungguh kejadian kocak yang bikin liputan saya full senyum.
Walaupun begitu, saya mengapresiasi usaha mereka yang berusaha maju dan menerima perubahan. Selain itu, kelompok peternak ini pun mengelola hasil susunya dengan sangat baik melalui koperasi sehingga tak ada satu peternak pun yang merasa dirugikan.
Sore menjelang, saya menuju satu rumah milik pengusaha susu jagung. Usaha yang belum pernah saya tahu sebelumnya, ternyata susu jagung ini murni hasil karya ibu rumah tangga bernama Memi. Jadi saat itu harga jagung sedang murah dan dia pun mencoba kreasi susu jagung yang ternyata enak. Setelah melakukan tester ke tetangga, Memi pun nekat memasarkan produknya ini. Wah ternyata bukan hanya rasanya sedap, untungnya juga sedap. Memang ya, kadang inspirasi usaha itu bisa datang dari mana saja ya. Paling penting sebenernya niat ya.
Nah selain ketiga cerita itu, aku mau kasih tahu rahasia di balik ketang chitato dan rumah peristirahatan soekarno di Malang. Nantikan cerita selanjutnya di sini.Â
