Mohon tunggu...
Mustyana Tya
Mustyana Tya Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis, jurnalis dan linguis

Seorang pejalan yang punya kesempatan dan cerita

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Ada Homestay Pelangi hingga Kompetisi Gansing di Natuna

16 September 2023   14:50 Diperbarui: 16 September 2023   15:05 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jelajah Natuna adalah menjelajahi juga bermacam pulau yang ada di dekatnya. Setelah dari Selat Lampa untuk melihat lebih dekat cold storagenya ikan-ikan Natuna, kita lalu dibawa klien ke pulau-pulau yang dekat dari ibukota kabupaten Ranai.

Pertama, kita diajak ke Pulau Tiga yang terkenal menyediakan homestay buat para pelancong. Biasanya nelayan atau yang suka diving pada nginap di sini. Homestay mereka pun nyaman walaupun berupa rumah-rumah panggung. Uniknya lagi, homestay ini asri dengan berbagai macam tanaman hingga cat berwarna-warni agar kelihatan menarik. Tarif juga murah mulai dari Rp 100 ribuan aja tapi jangan salah karena listrik belum bisa 24 jam jadi tiap siang gak bisa dah tuh menikmati listrik. Listrik baru nyala di sini malam hari saja dengan tenaga diesel.

Selain mengunjungi homestay, kami juga ikut melihat proses pembuatan kerupuk hitam yang berasal dari tinta cumi, unik ya, mungkin sekarang sudah banyak ya. Pembuatan kerupuk cumi ini juga masih manual dan dikerjakan keroyokan oleh semua anggota keluarga.

Setelah selesai di Pulau Tiga, kami bergeser lagi ke pulau Sabang Mawang yang lebih besar dan di sini lah kami menginap semalam. Pulau ini lebih ramai dibanding Pulau Tiga dengan beragam aktivitas. Di pulau ini kami diajak menengok proses pembuatan es batu tapi saya ga berani ke dalam karena terlalu dingin. Biasanya, para nelayan mengambil es batu dari sini untuk mengawetkan ikan-ikan mereka, baik pria maupun wanita sama-sama bekerja sama untuk mencari nafkah. Seperti saat itu, saya bertemu ibu-ibu yang membawa ikan besar-besar dan juga hendak membeli es batu. Dia tersenyum semringah walaupun gak tahu kita siapa hahha.

Sampai akhirnya sesi wawancara dimulai lagi. Di bagian ini lah saya harus siap-siap mengulang-ulang pertanyaan saya karena si klien suka belibet ngomong jadi harus retake retake sampe lama.

dok pribadi
dok pribadi


Hari semakin sore dan kami harus bersiap nginep di rumah warga yang seada-adanya. Malam itu listrik sudah menyala sehingga anak-anak bisa belajar dengan tenang. Ada yang menarik juga, di pulau ini hampir semua anak bercita-cita menjadi TNI AL. Baik itu bocah laki ataupun perempuan. Aneh ya, ternyata cita-cita itu dimulai saat mereka sering melihat para TNI berpatroli dengan gagahnya makanya mereka dengan mantap mengatakan ingin menjadi penjaga laut Indonesia. Wow super sekali.

Besok paginya saya ikut mereka ke sekolah. Ternyata sekolah mereka masih direnovasi jadi mereka belajar di ruangan seadanya dengan dinding triplek dan alas masih tanah. Berbeda dari sekolah di kota, sekolah di sini sungguh tidak tertib hahha sulit membuat mereka duduk diam mendengarkan guru. Bahkan pas kami syuting pun mereka malah ga fokus. Tapi namanya anak-anak mereka tetaplah lucu dan menggemaskan. Sampai lari kejar kejaran dengan drone atau asik ngupil saat upacara. Di lain pihak, sekolah merasa kerepotan karena listrik tak menyala di jam-jam sekolah sehingga membuat mereka kesulitan kalau mau ngeprint dll. Yang juga memilukan adalah buku-buku mereka masih berupa fotokopi karena sulit mendapatkan buku paket sekolah, itupun harus diantar oleh kapal sabuk nusantara yang datangnya bisa berbulan-bulan. Sungguh ironis.

dok pribadi
dok pribadi
Dari sekolah, saya menemu para jawara di Sabang Mawang. Bukan jawara silat tapi jawa kompetisi gasing. Hahaha. Lucu ya, tapi emang beneran ada loh. Apalagi gasing merupakan budaya dari Natuna yang sering diadu di kompetisi sampai ke Malaysia loh. Hahaha. Saya pun melihat bagaimana gesitnya mereka melempar gasing yang besarnya bisa melebihi telapak tangan saya. Jadi yang menang itu bisa yang berputar paling lama atau bisa membuat lawannya berhenti berputar. Bukan perihal gampang ternyata memutar gasing ini, bahkan ada ritualnya juga. Sampai-sampai temen saya kesusahan ngelempar doang.  

dok pribadi
dok pribadi
Seru banget habisin waktu di Sabang Mawang ini, bahkan saya ketemu anak kecil yang sering senyum senyum sama saya memamerkan gigi reges dan ompongnya. Lucu banget dan pastinya penduduknya ramah banget sampai terkenang di hati. Petualangan masih belum selesai karena habis ini kita mau ke tambak ikan paling mahal di dunia, penasaran? ikuti terus ceritanya di sini.

 


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun