Jokowi mencatatkan dirinya sebagai presiden yang berhasil mengubah wajah perbatasan. Banyak PLBN atau Pos Lintas Batas Negara yang sudah begitu mewah, beda  dengan negara tetangga kita.Â
Katanya, itu menjadi kebanggan wajah Indonesia di hadapan mereka. Walaupun terlepas dari perbatasan yang sebenernya juga banyak menguntungkan si tetangga, tetapi fasilitas di PLBN memang tak main-main.
Saya kebetulan berkesempatan mengunjungi salah satunya di Entikong yang berbatasan dengan Serawak, Malaysia. Setelah ikut memantau batok tapal batas, di malam hari kami menengok beberapa fasilitas di PLBN ini. Kebetulan saat itu masih pandemi sehingga aktivitas di sini kosong melompong.Â
Walau begitu, saya diberi kesempatan untuk mengunjungi Wisma Indonesia. Tempat ini rupanya penginapan yang katanya setara hotel bintang 3 dengan beberapa kelas kamar di dalamnya, termasuk kamar suite hingga VVIP.
Gedung yang bener-bener mencolok dan berdesain modern ini diperlengkapi dengan furnitur layaknya di hotel-hotel ibu kota. Saya yang memasuki kamar VVIP menemukan di dalamnya ada kamar dengan kasur king lalu kamar mandi bathtub.Â
Di sampingnya ada ruang meeting, hingga ruang tamu. Katanya di sini pejabat sering menginap. Lalu bergeser ke gedung samping ada pasar modern yang mirip banget sama pasar modern tangerang. Ada masjid yang megah juga dan kafetaria.Â
Wah, nyaman banget serasa lagi di bandara. Tetapi saya belum lihat benar peruntukkannya seperti apa semoga bisa dimanfaatkan sebaik-baiknya dan menjadi daya tarik wisata untuk negara tetangga. Sebab yang kita tahu selama ini, aktivitas ekonomi justru begitu menguntungkan Malaysia.
Hari sudah semakin malam, kami pun memutuskan kembali ke Senggau dan mampir sebentar ke tempat makan yang merangkap sebagai warung. Menariknya, warung ini menjual mie maggie ketimbang indomie yang buatan dalam negeri.Â
Saya paham mungkin susah menemukan Indomie dibandingkan dengan Maggie dari Malaysia. Keesokan paginya saya diinformasikan bahwa saya harus extend dan sudah di approve jadilah saya masih tinggal sekitar 3 hari lagi di Senggau dan Pontianak. Besokannya kami dijadwalkan untuk mewawancarai petani lada yang menjadi komoditi utama di Entikong.
Saya pun kembali ke Entikong dan masuk ke perkebunan lada dengan bapak tak beralas kaki dan bajunya compang camping. Tapi jangan ditanya ternyata dia petani lada yang sukses bahkan anaknya kuliah di Pulau Jawa, wih! Walaupun bapak ini bertubuh kecil, tapi sungguh cekatan dia.Â
Dia pun paham benar cara menanam dan berbisnis lada dengan baik. Ya gimana gak, dia sendiri belajar langsung dengan para petani lada di Malaysia. Mereka pun bertukar informasi seputar lada yang ternyata si bapak ini merasa bibit lada Malaysia lebih baik dan cepat berbunga.
Sementara di RI untuk pupuk saja kualitasnya sudah beda. Subsidi sih tetapi kualitasnya juga turun drastis. Makanya si Bapak mengeluh dengan tegas soal hal ini. Saya pun cuma mengangguk-angguk paham. Benar-benar masalah yang pelik. Curhatan petani ini pun saya tuliskan dan berharap pak menteri nun jauh di sana membaca tulisan saya.
Selepas dahi saya berkerut-kerut, untungnya penyelenggaran paham saya butuh penyegaran. Maka dibawanya saya menuju Pancur Aji yeaaay... Apa tuh? ini macemnya kayak air terjun yang letaknya memang sedikit horor karena di tengah hutan rimbun. Jalan menuju ke sana, walau dekat pusat kota Sanggau, tetap saja melalui jalan yang terjal dan penuh dengan pepohonan.Â
Tapi sampai di sana, derasnya air yang jatuh ke tanah begitu kencang. Ternyata benar, air terjun ini punya debit air yang besar dan deras walaupun pendek. Mungkin habis hujan juga dan membuat air di sini jadi kecoklatan. hehehe ga jadi mandi deh.
Beberapa teman mencoba mendekat dan bebatuan di sini licin jatuhlah dia, jadi kudu ati-ati ya semakin jarang orang datang ke sini ya jarang juga yang menapaki bebatuannya.Â
Untungnya di sini bersih dan pengelola juga menyediakan gazebo dan toilet yang mumpuni jadi wisatawan betah. Hehehe... Senggau memang tak punya banyak wisata, tapi kalau ke sini coba deh mampir ke Pancur Aji ya. Cerita lainnya lihat di sini. Videonya di bawah ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H