Pagi-pagi kami bersiap menuju Kakaban yang terkenal dengan ubur-ubur tanpa racun. Tapi pagi itu juga gerimis dan mendung menggelayut sehingga kami cukup pikir-pikir menuju ke sana.
 Akhirnya kami putuskan menunggu sebentar sampai cuaca bersahabat dengan kami. Sinar matahari pun semakin dan langsung saja kami memutuskan langsung bergerak ke Kakaban.
Tak sampai setengah jam dari penginapan kami di Maratua, kami sudah berada di pulau yang begitu rindang pohonnya. Ternyata ini adalah pulau Kakaban. Tapi tunggu di mana ubur-uburnya? oh kita harus masuk dulu ke pulau ini sekitar 500 meter.Â
Nah dari dermaga yang kecil ini kita harus menyusuri tangga yang sudah compang camping tidak terawat. Kayu-kayunya keropos sampai banyak paku dan lubang di mana-mana. Jadi bener-bener hati-hati banget apalagi kalau kamu nyeker.
Kanan kirinya pun masih perawan jadi lumayan gelap dengan rindangnya pepohonan. Walau cuma 500 m tapi tetep aja bikin capek karena konturnya itu naik turun. Hingga akhirnya kita sampai juga di bibir laut yang mirip kayak danau karena laut ini warnanya pekat tidak seperti air laut, tempat kami menyandarkan perahu.Â
Walau sempet bingung, beberapa orang langsung excited untuk nyebur. Saya yang baru lulus dari kelas renang dan baru bisa gaya meluncur dan setengah katak juga penasaran sekaligus takut juga hahaha....
Tapi adanya pelampung dan banyaknya orang yang nyemplung membuat saya memberanikan diri. Sembari membaca doa dan nitip pesan ke yang jago renang untuk pegangin saya kalau kenapa-kenapa.Â
Alhasil saya nyemplung dan jlep! aduh mak dalem amet nih, saya masukan kepala saya, keruh. Saya coba tenang dan kaki saya seolah menggapai-gapai dasar laut tapi gak ketemu-ketemu.Â
Akhirnya saya mencoba tenang, tenang, tenang, tya dan coba berenang. Syut! Â waduh kenapa kerasa berat ya saya menggerakkan badan saya. Seperti air yang penuh dengan ubur-ubur ini begitu berat untuk tubuh mungil saya.
Plus temen saya ninggalin saya , emang parah banget sih. Sementara yang lainnya ketawa2 pegang-pegang ubur-ubur. Saya saja sulit dan sibuk melawan ketakutan saya sendiri. Kalau gini gimana saya mau nikmatin, pikir saya.Â
Makanya, saya coba berenang lagi dan membiasakan diri dengan air yang seolah menggelayuti badan saya. Saya berenang ke sana sini dan gak berani jauh, setelah mulai terbiasa, saya bisa melihat sosok ubur-ubur oren nan gemas berenang di depan saya.Â
Walau terlihat remang-remang saya senang. Tapi saya gak bisa meraihnya, hingga akhirnya teman saya menghampiri dan membagi ubur-ubur yang dia tangkap ke saya. Huwaaa ternyata rasanya gini ya pegang ubur-ubur kenyel kenyel gitu. Saya pun berfoto dengan muka setengah panik wkwkw.
Setelah puas berenang gerimis kembali turun, maka kami sudah harus kembali ke kapal. Hujan pun semakin deras, kami kedinginan dan lucunya si kapten bukannya membawa kami kembali ke Maratua malah ngajak ke tempat lain yang katanya ada gua di sana.Â
Akhirnya hujan-hujan beberapa orang mecoba turun dan mengekplorasi tempat itu, saya pun ikut dengan tertatih-tatih karena karang menancap di kaki saya. Ketemu juga bibir gua itu yang airnya sudah mencapai dada, jadi kalau mau masuk ya harus berenang.Â
Meski ada yang penasaran, kami memilih untuk gak nekat dan kembali ke kapal dan penginapan. Di sini saya mencari-cari toilet tentu saja tidak ketemu wkwkw.... begitupun di Kakaban. Walau ada bilik tapi gak jelas itu bilik buat apa, parah lah.
Sampai di Maratua kami diminta segera bersiap kembali ke Berau tetapi terlebih dahulu mampir ke Derawan. Saya penasaran banget gimana tuh wujud Derawan yang terkenal itu.Â
Penginapan kami di Maratua Paradise Village begitu ramai. Banyak orang yang singgah di sini. Plus penginapan sedang surut airnya sehingga dasar pantai tempat penginapan kami berada kelihatan putih bersih woww banget.Â
Setelah, selesai beres-beres kami pun meluncur ke Derawan dan makan siang nasi bungkus di sana dengan banyaknya penyu yang mengintip. Ya ampun gemes banget plis banget jangan rusak alam ya biar mereka bisa tetep selucu ini.
Selepas makan siang, kami mengeksplorasi Derawan yang ternyata saya pikir-pikir mirip kayak Pulau Pramuka. Air laut dan pantai di sini tidak terlalu indah mungkin karena padatnya rumah penduduk kali ya.Â
Selain itu, banyak juga cottege dari yang kelihatan mahal sampai homestay. Di sini kami malah menghabiskan dengan membeli oleh-oleh sembari berjalan kaki. Cuaca terik sehabis hujan begitu terasa menyengat membuat jalan-jalan di Derawan malah tidak mengasyikan.Â
Saya juga numpang solat di sini dan justru menjumpai banyak banget penduduk asli sini yang begitu ramah. Setelah dirasa puas, kami akhirnya kembali ke Berau dengan perjalanan 4 jam lamanya. Dari sini pun langsung tancap gas ke airport dan Jakarta.
Sejauh ini, worthed sih untuk hoping island di Maratua, Kakaban dan Derawan. Tapi disarankan untuk mengambil penginapan di Maratua saja yang lebih indah dan bersih dibandingkan Derawan.Â
Untuk menuju ke tempat ini pun kudu menyewa kapal, karena tidak ada transportasi umum yang mengangkut penumpang dari satu tempat ke tempat lain hmmm... jadi sudah tau kan klo gak ikut open trip semahal apa. Untuk videonya bisa lihat di sini yaw.. Cerita lainnya bisa dilihat di sini
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H