Mohon tunggu...
Mustyana Tya
Mustyana Tya Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis, jurnalis dan linguis

Seorang pejalan yang punya kesempatan dan cerita

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Menuju Siau, Tempat Sejuta Keramahan di Ujung Sulawesi

10 Oktober 2021   14:20 Diperbarui: 10 Oktober 2021   14:25 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Yey yey project ekspedisi datang lagi. Kali ini tim kami ditugasi untuk menjalankan ekspedisi di beberapa daerah yang dianggap berhasil memanfaatkan dana desa. Saya sebagai leader sejak awal sudah menerima rekomendasi sejumlah tempat dan senengnya bisa menentukan tempat mana yang mau dikunjungi.

Dengan tim video kami menyisir dan melakukan sejumlah riset agar tujuan yang kami pilih tidak salah sasaran. Maksudnya juga untuk konten artikel dan video tampak ciamik. Perdebatan memang tak bisa dielakkan saat menentukan tempat ini, saya cenderung memilih tempat dengan tema desa yang menarik sementara teman video saya memilih tempat dengan pemandangan super.

Siau/Dok: Pribadi
Siau/Dok: Pribadi

Beberapa tempat pun menarik perhatian karena hampir tidak pernah terdengar namanya, salah satunya Pulau Siau yang berada di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro atau Sitaro, Sulawesi Utara. Berbeda dari sebelumnya, kami berangkat dengan tim yang lebih kecil yaitu 4 orang saja, saya, 2 orang video, dan sales kami. Sejak awal di perjalanan, semua agenda dan rencana harus dilakukan sedini mungkin karena klien kami kali ini benar-benar lepas tangan.

Makanya strategi pertama menghubungi pendamping desa yang merupakan ujung tombak pelaksanaan program ini, sekaligus yang paling mengenal profil desa. Jadi untuk di Siau kali ini kami akan mengunjungi para nelayan yang merasakan manfaat dana desa. Ok semua sudah terkordinasi maka saatnya kami berangkat.

Penerbangan menuju pulau Sulawesi hampir selalu menegangkan, turbulensi tak pernah berhenti sampai-sampai teman-teman saya gelisah, mau tidur, dengar musik tampak uring-uringan tak nyaman. Sementara, saya yang mengalami ini bukan pertama kali memilih mendikstraksi otak dengan menonton film tapi toh, tetap tak bisa dibohongi karena tangan saya berkeringat dingin.

Akhirnya kami sampai juga di Manado, belum sampai hotel kami sudah buru-buru mau berburu ikan segar khas Sulawesi. Dan.... hwaa...ikan ikan gemes udah menganga mati beku menyambut kami. Benar-benar kalau ke Sulawesi pastiin kamu coba ikan segar yang tak ada duanya. Setelah perut dan telinga kenyang setelah mendengar pengalaman teman saya yang berjibaku waktu liputan demo DPR kini saatnya menemui pendamping desa. Mereka rupanya sudah menunggu di hotel, di sini kami mendengar perspektif mereka soal beberapa desa yang berpotensi menjadi berita. Ada yang punya pengelolaan ciu kelas nasional yang tampaknya menarik tapi bikin saya mikir dua kali karena waktunya gak sempat.

Akhirnya diputuskan kami besok pagi langsung menuju Siau dengan kapal Express Bahari yang jadwal berangkatnya jam 11 pagi dan sampai jam 3 sore. Saat itu, kami memilih kelas bisnis yang ber AC dan lumayan nyaman meski tetap terantuk-antuk karena tingginya ombak. Jadi memang Sulawesi gak main-main punya laut, ombaknya itu bisa bikin kapal segede ini melompat lho. Makanya siap-siap bawa antimo dah tidur aja paling bener. Harganya itu saya hampir lupa kayaknya sekitar 125 atau 75 ribu ya, lupa hehehe...

kapal penumpang/dok. pribadi
kapal penumpang/dok. pribadi

Jadi sebelum sampai ke Pulau Siau kita transit dulu ke salah satu pulau menurunkan penumpang. Di dermaga itu juga langsung diserbu sama pedagang yang langsung berteriak-teriak menawarkan dagangan, mulai dari serba lelontongan hingga nasi. Berhentinya sih gak lama, sekitar kurang dari stgh jam.

dermaga/dok. pribadi
dermaga/dok. pribadi

Dari situ kita cus lagi, kali ini saya memberanikan diri keluar mencari udara segar sendiri dan nyatanya sudah mendapati teman-teman saya merokok dengan nyamannya. Oia, hampir lupa, ada klien dari kementerian yang ikut juga orangnya diem bae sih jadi saya lupa kalau dia ikut wkwkw...

Laut biru terlihat terhampar luas dengan deburan ombak pecah gegara dibelah kapal kami. Pak pendamping bilang kalau laut Sulawesi ini punya gunung berapi di bawah laut sehingga kadang arus dan ombaknya begitu berbahaya, ga tau bener apa gak. Tapi memang suatu malam di Siau kami mendengar kabar ada kapal yang karam karena menyerah pada ombak-ombak liar di perairan Sulawesi ini. Waduh serem juga.

Meski punya cerita yang seram gak menyurutkan saya untuk foto-foto ria ihiy. Bagus hasilnya. Saya juga memotret beberapa teman termasuk si klien yang rupanya ini menjadi pertanda mengesalkan di kemudian hari wkwkw....

Sampai di sana saya sedikit limbung namun sudah harus menuju ke hotel dan makan siang lagi di rumah makan apa adanya. Pun hotel yang apa adanya, nyaman tapi tampilan luarnya mirip ruko dengan harga yang setara sama hotel bintang 3 di sini. Hmmmm....

Cerita lainnya di sini. 


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun