Mohon tunggu...
Mustyana Tya
Mustyana Tya Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis, jurnalis dan linguis

Seorang pejalan yang punya kesempatan dan cerita

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Gua Hawang, Gua Hantu yang Bisa Datangkan Jodoh!

20 Agustus 2021   17:45 Diperbarui: 20 Agustus 2021   17:56 396
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari ketiga di Kepulauan Kei, Maluku Tenggara, kami kembali ke Desa Rumadian untuk proses syuting pengambilan buah bakau. Ini penting untuk menjelaskan proses pembuatan snack buah bakau yang dinilai ekstraordinari alias gak biasa. Buah bakau jenis Bruguiera gymnorrhiza alias lindur yang bentuk memanjang dan mirip sama kelamin laki-laki ini nyatanya bisa diolah jadi kayak cheese steak dengan rasa yang hampir sama.

Pengolahannya lumayan ribet karena harus direbus lama untuk menghilangkan racunnya juga. Sama seperti proses pengolahannya, syuting yang dijalani kita pun luar biasa. Gimana gak, pas sampe kita harus luntang-lantung menunggu naiknya air sampai melewati tengah hari, air tak kunjung naik. Sebabnya kita harus naik perahu menuju pohon bakau yang mencolok ini. Patut diketahui juga, saya bersama banyak ibu-ibu yang ramainya bukan main hahaha. Mereka suka banget tertawa dan itu menular. Sebagai pendamping desa, mereka pun ditugaskan untuk menemani kita selama kita di Kei.

Dokpri
Dokpri

Setelah tercenung hampir 2 jam, akhirnya kami optimis meski sebenernya halu bahwa air sudah naik tapi kami harus menuju perahu yang mengapung di tengah dengan berjalan kaki. Saat itu, air masih sebetis saya jadi tidak memungkinkan perahu menjemput kami di dermaga. Jadi terpaksa deh nyelup, udah angkat celana sampai betis pun tetap masih basah. Bukan cuma basah, sendal jepit swallow yang menempel di kaki juga harus menahan tajamnya karang-karang. Saya pun jalan harus tertatih-tatih, beuh sakit! Tapi si ibu-ibu girang ini cepet banget jalannya sampe saya ditinggal. "bu.. bu! saya minta ditungguin"

Setelah sampai perahu kita duduk nyaman nih, eh pas udah siap jalan malah perahunya ga bisa jalan. Padahal udah segala penjuru didorong pakai kayu dari depan dan belakang. Fix! nyangkut! Yaudalah, bukannya kita bantuin malah kita kompak ngakak serentak. Setelah puas ketawa, baru sadar udalah kita turun aja dan meneruskan perjalanan dengan kembali nyelup sampai ke daratan sebelah yang kira-kira jaraknya itu 200 meteran. Lagi-lagi bukan cuma soal karang yang runcing bagai gigi gigi hiu ini plus saya juga harus menghadapi arus air yang masih garang. Alhasil udah tertatih plus terseok, mungkin swallow saya sudah gak tahan lagi akhirnya dia menyerah pada arus. Tinggal saya yang teriak-teriak "yah yah sendal saya hanyut" hahaha...

Dokpri
Dokpri

Semua pun langsung sigap ngubek ngubek itu air dan nihil. Sampai-sampai satu orang ditugaskan buat nyari dimanakah sendal saya. Saya pun harus kembali fokus ke kerjaan foto sana-sini dan mencermati bagaimana proses pemetikan buah bakau ini berlangsung. Satu langkah hingga 10 langkah saya udah gak kuat bertelanjang kaki, merah semua. Sampai seorang ibu bilang, pakai sepatu karet dia saja. Lah saya khawatir, dia juga mengalami kesakitan yang sama etapi saya takjub karena dia jalannya enteng banget. Waduh. Ini gw yang lebai apa emang dia sakti!

Dokpri
Dokpri

Lagi terpana gitu, teman saya yang biasa tak pernah minta foto, tiba-tiba kepengenan. Eh emang bagus ya. Setelah proses syuting selesai, saya kembalikan sepatu si ibu sembari mengeluh ke sekre saya mau beli sendal lagi wkwkw. Abis dari sini, agenda kita adalah kunjungan ke Goa Hawang alias Gua Hantu. Gua ini masih di kabupaten yang sama dan dikelola sama kepala desanya. Kami masuk ke sana dan harus jalan lagi menuju gua. Sebenernya pak kepala desa sudah berusaha menyiapkan macam-macam infrastruktur tapi lagi-lagi ga terawat bau pesing, debu di mana-mana, becek, hmm... Temen saya sudah semangat benar ke sini sambil bawa baju renang.

Dokpri
Dokpri

Dan benar saja meski dari luar kelihatanya angker beuh airnya itu meen.... jernih abis klo ga kuat iman langsung nyebur tanpa ba bi bu, tapi tunggu dulu tugas dulu interview dulu. Dari keterangan kepala desa setempat ternyata gua ini baru-baru saja dikelola dan dulu emang banyak banget orang mandi. Sekarang berbayar buat kas desa, harganya tiket masuknya untuk motor Rp 15 ribu dan mobil Rp 25 ribu. Di balik jernihnya air yang masya Allah itu ternyata sarat kisah kutukan. Ada pemburu yang dikutuk bersama anjingnya menjadi batu gegara dia gak sopan sama penduduk situ. Tuh guys tiati!

Dokpri
Dokpri

Pun buka itu aja, ternyata juga ada kisah juga yang dipercayai masyarakat siapa yang mandi di sana bisa cepet dapet jodoh. Sepulang dari sana, teman saya yang mandi, saya colek dan tanya beneran ga tuh mujarab. "Lumayan ada yang nembak gw dua orang" langsung deh ngakak. Padahl dia tuh pas masuk ke air rada was was wwkkwkw... gegara pengaruh ceritanya tapi lama-lama air dinginnya ngelunturin rasa dinginnya, kocak. 

Apalagi ngeliat temen yang suka barengan ekspedisi ini berenang gaya anjing hahaha... jadilah kita berdua makin asyik nikmatin waktu selama ekspedisi. Bahkan digadang2 bakal jadian tapi gak kok. Kadang memang kita menemukan kenyamanan dan keserasian karena suka ketawa sama-sama, susah sama-sama sampe mikir mecahin masalah sama. Perjalanan yg lebih dari 3 hari bikin tau banyak hal dari seseorang, mungkin lebih baik dari mengenal dia dari kesehariannya aja.

dokpri
dokpri

Oke dari sini, kita sebenernya ada wawancara satu umkm tapi pas di sana, ternyata belum siap, gak ngerti dimananya, narsumnya juga gaib. Daripada ga jelas dan kita masih punya waktu banyak akhirnya kita putusin utk ke pantai raja ampatnya Kei namanya Pulau Baer. Tunggu kelanjutan ceritanya. Cerita lainnya lihat di sini.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun