Di hari pertama setelah mengunjungi berbagai atraksi mulai dari tugu pahlawan Karel Sadsuitubun  trus ke mural yang semuanya apa adanya, kita menantikan bertualang di tengah hutan bakau di Desa Wisata Rumadian, Kepulauan Kei Kecil.Â
Sebelumnya kita sengaja menunggu karena menanti naiknya air, setelah air naik tanpa basa basi kita langsung bergegas eksplorasi. Katanya, di dalam hutan bakau ini kita bisa lihat sumber air dan pertanian warga.
Ternyata, pengelola bilang kalau mau menikmati eksotisnya pulau bakau ini bisa sewa perahu Rp 200 ribu dan perjalanan keliling itu sampai 30 menit, tetapi emang hutan bakau seluas 1.5 ha ini masih bener-bener perawan karena dibiarkan saja tumbuh sembarangan sehingga kita yang berperahu itu harus cermat melihat air. Khawatir perahunya nyangkut ke akar-akar bakau yang menjalar ke mana-mana.Â
Hutan bakau yang lebat ini pun menggundang banyak varian burung-burung bahkan di beberapa titik benar-benar terasa gelap dan kita juga musti siap-siap kayang klo ada pohon yang melintang di antara perahu. Seru banget kan. Jadi kerasa banget eksplorasi ala jumanjinya wkwkwkw...
Pengelola juga tiba-tiba mengambil buah yang mirip jeruk bali tapi bukan, lalu mengeluarkan teka-teki kalau buah ini dipotong-potong sebagaimanapun bisa menjadi puzzle yang menarik.
 Saya gak gitu merhatiin apa yang dilakukan dia, gegara sibuk menyisir lebatnya bakau dengan akar-akar seksi yang mencuat dari air. Whoaaa... seru banget. Apalagi suasana terasa syahdu dengan senyapnya suara dan cuma diselingi dengan suara kicauan burung. Bikin merinding sekaligus takjub.Â
Ternyata, eksplorasi ini ada ujungnya, kami diminta turun karena pengelola ingin menunjukkan sumber air desa. Kami turun dengan kaki basah gegara kudu mencelup sebagian kaki sampai betis ke air.Â
Belum selesai rasa dingin air menjalar ke tubuh kami harus siap-siap pas tau di depan kami ada lorong pepohonan yang begitu gelap. Waduh serius nih, saya yang penakut sebenarnya selalu pura-pura berani setiap momen-momen seperti ini.Â
Akhirnya sembari membawa kamera saya abadikan betapa gelapnya hutan ini. Jalan setapakpun begitu kecil tapi untungnya ga lama karena akhirnya ketemu jalan sedikit besar.
Pengelola langsung menunjuk sumber air yang mirip kolam kecil dengan pipa air yang malang melintang ke mana-mana tak beraturan. Tapi fokus saya ga cuma ke sana, bapak-bapak driver yang ikut berperahu lagi sibuk mengetok-ketok sesuatu.Â
Setelah saya dekati, mereka lagi ngumpulin biji kenari yang langsung dari pohonnya. Wow! Langsung gabung dan ikut makan sampai teman saya minta ada sesi foto ala-ala adventure hahha di antara semak dan pepohonan tak beraturan. Hasilnya cool banget.
Pulang dari hutan bakau ini hari sudah sore sampai ga sadar, bahkan mau menjelang magrib. Eh pas keluar dari hutan bakau pemandangan kami akhirnya benar-benar lapang. Awan-awan berarak dengan latar oranye.Â
Seneng banget tuh kalau ke timur Indonesia, senjanya ga pernah mengecewakan. Angin menyapu wajah kami dan saya pun terkenang sekarang betapa beruntungnya punya pengalaman itu. hehehe... Ini videonya. Cerita lainnya lihat di sini.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI