Karena perut udah melilit banget kelaperan, maka saya putuskan meninggalkan teman saya yang masih menyelami sejarah peradaban kesultanan Bacan. Dan mulai cari-cari makan yang semuanya serba ikan. Ini bikin salah satu teman saya gak nyaman, karena dia gak gitu suka ikan. Hmm belum aja dia ditenggalamin bu susi. Wkkwkwkw..Â
Sebenernya di sini udah kayak surganya ikan. Kita bisa makan ikan apa saja yang bahkan aneh di telinga, salah satunya ikan fufu. Ih, gemez amet ya namanya. Saya pun dibawa ke penjual ikan fufu. Bersama sang suami dia tengah sibuk mengasapi ikan ini sampai baunya kemana-mana. Jadi ikan ini adalah ikan cakalang, tuna, atau tongkol yang diasapi. Karena diproses demikian, membuat ikan ini jadi bertahan lama bisa sampai 3 hari.Â
Kami membeli beberapa ekor ikan fufu ini yang dijual mulai dari Rp 30 ribu. Ikan ini biasa juga dimakan sama sambal dabu. Rasa ikannya benar-benar asli karena tidak ada tambahan bumbu apapun, namun yang bikin mantep itu ya daging ikannya tebal dan padat. Jadi bisa disantap ramean banget. Lucunya, malah ada teman saya yang sanggup menghabiskan 2 ikan fufu segede gaban ini. Wow hebat hahaha... dia emang pencinta ikan. Kalau kamu lagi di Bacan, Â Halmahera Selatan wajib banget coba ikan ini. Ikan ini udah juga jadi oleh-oleh khas bacan makanya si ibu suka mengirim ikan-ikan ini sampai ke Makassar. Wadidaw.
Balik lagi ke sambal, saya menandai beberapa sambal yang kami santap meski namanya suka tertukar-tukar. Maklum otak saya dikit wkwkw. Jadi beberapa sambal atau dabu ini punya kekhasan biasanya ibu-ibu bacan membuatnya dengan kelapa bahkan ada sambal yang difermentasi. Yang paling saya suka Dabu Colo-Colo yang mirip kayak sambal umumnya namun lebih terasa segar dan pedas. Bu Mega juga menggemari sambal-sambal ini, yang paling dia suka sambal Dabu Beo. Bahkan konon katanya, saking ketagihannya bu Mega sampai minta dibungkus dan dibawa pulang. Ada-ada aja presiden ke-5 kita ini wkwkw.
Menjelang sore kami mampir ke Benteng Bernave yang letaknya di tengah permukiman penduduk. Benteng ini cuma dibiarkan begitu saja, seolah gak ada jejak sejarah padahal benteng ini udah lama banget karena ada dari zaman Portugis Spanyol.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H