Hingga kita tiba di titik akhir tak terasa juga arus-arus juga membuat kita semakin dekat dan bisa tertawa lepas tanpa jaim-jaim lagi padahal baru beberapa jam lalu kenal. Menertawakan kelakuan satu sama lain sambil bermain cipratan air. Seru!
Tapi semua tetap terasa kurang! hahahaha.... karena benar-benar terasa kurang, maka kami putuskan melanjutkan kebersamaan di warung baso dekat homestay. Cukup 10 ribu mengenyangkan tapi tidak terlalu memanjakan rasa.Â
Menjelang malam, kami pun mendadak ingin keluar lagi menikmati malam minggu di Kab Malang. Maka kami meluncur ke kota yang sedang ramai-ramainya menyemarakkan hari pesantren nasional dengan panggung dan musik. Tapi kami cuma mampir mengambil ATM dan pergi ke Alfa.
Sang driver merekomendasikan tempat yang tenang dan sepi yang tak jauh dari sini. Benar saja masuk ke sini bagai masuk ke ruangan lagi mati lampu hingga hiduplah satu dua cahaya. Ya, rupanya ini kafe kekinian yang instagrmable. Restoran rumah kayu namanya tapi belum ada di map. Katanya sih baru dan memang sukses menciptakan suasana sendu.Â
Dengan lampu-lampu menggantung dan suara musik yang tak mendentum-dentum. Cocok buat mojok banget nih bagi yang pacaran. ehem... kok kesel ya hahaha.Â
Saya kembali lagi 'mewawancarai' tiga serangkai ini, ternyata umur mereka berbeda-beda tapi suka traveling bareng. Tak ada yang spesial dari mereka, cuma yang saya suka, satu dari mereka penggemar Fiersa Besari juga dan penolong. Biasa lelaki tebar pesona sok-sok perhatian basi lah tapi makasih lah dibantuin manjat-manjat pas di bromo (nanti ceritanya).
Oke, karena hari semakin larut, kita harus segera pulang sebab tengah malam lewat sedikit kami harus mulai mendaki melihat sunrise yang fenomenal di Bromo. Cek cerita selanjutnya.... Â lihat juga videonya di sini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H