Perjalanan sampai ke Hanoi dengan total waktu sekitar 3 jam dari Kuala Lumpur (dari Jakarta 4 jam), adalah perjalanan yang lumayan melelahkan. Sebab, saya dan mama yang jadi partner traveling harus terlebih dulu menginap di Bandara Kuala Lumpur demi harga lebih hemat.Â
Untuk menuju kawasan perhotelan dan pusat kota Hanoi di Old Quarter kita harus naik bus bernomor 86 yang biayanya dibanderol dengan harga USD 3 dolar untuk dua orang. Bus akan berhenti di beberapa halte, jadi penting untuk kalian menitip pesan agar diturunkan di terminal Old Quarter yang tak jauh dari Danau Hoen Kiem.Â
Saat diturunkan di halte tersebut, peta adalah salah satu barang yang bisa diandalkan. Kalian juga bisa menggunakan waze sebagai penujuk arah namun jangan lupa beli paket datanya dulu di airport dengan harga sekitar USD 15.Â
Kenapa kamu harus tetap online? selain untuk tetap eksis di medsos, paket data ini penting untuk kamu bisa memanfaatkan aplikasi yang bisa ngebantu lainnya, seperti Uber dan Grab tapi gak ada Gojek yak hehehe...
Saya sendiri sangat terbantu keliling Hanoi dengan Uber Car, meski beberapa kali mengalami kendala karena sopir tak bisa bahasa Inggris, namun Uber merupakan alternatif terbaik. Harga juga murah dibandingkan kalian harus naik taksi yang kadang-kadang disebut suka melakukan tipu-tipu.Â
Namun jangan sering-sering deh pakai kendaraan, karena jalan di Old Quarter itu kecil dan dipenuhi gang sempit. Parahnya lagi, motor-motor di sana enggak dilengkapi dengan spion dan helmnya pun tidak berstandar.Â
Mereka juga cenderung seradak seruduk karena tidak tertib padahal lampu dan marka jalan jelas. Jadi usahakan jangan nyebrang dengan melihat satu arah, lihat juga arah sebaliknya kalau tidak mau hampir tertabrak seperti saya.Â
Ngomong-ngomong soal berjalan kaki, waktu terbaik bagi kalian  yang tinggal di Old Quarter adalah saat malam hari di tepi danau Hoen Kim. Meski dingin menggigit (karena datang di waktu musim dingin September), jalanan di Hoen Kiem Lake cukup nyaman dengan banyaknya bangku taman yang menghadap ke danau berkilauan berkat lampu warna warni.Â
Kalian bisa nonton wayang (mirip wayang golek) yang tampil di atas air dengan efek api sampai nyanyian mirip sinden. Waktu pertunjukannya cuma ada di jam tertentu. Usahakan untuk beli tiket mulai pukul 9 pagi karena kalau ngedadak beli suka kehabisan. Tiketnya seharga USD 10 per orang dengan waktu pertunjukan hampir 1 jam.Â
Bagi kalian yang suka Pho (mie khas Vietnam), kawasan ini Hoen Kim Lake juga surganya pecinta Pho. Kalian bisa nikmatin pho dengan duduk di bangku kecil di pinggir jalan. Jujur saya juga gak menikmati sensasi makan Pho ini karena khawatir tidak halal hehehe. Jadi kalau kalian muslim, langsung aja datang ke fastfood yang banyak di sekitaran Hoen Kim Lake. Tapi inget jangan mengharapkan nasi karena susah banget nyari nasi di sini hahaha....
Saya dan mama sempat 'marahan' karena mama itu selalu mendesak untuk bertanya, tapi saya emang dasar sok-sok tahu jalan enggan menuruti. Hasilnya makin nyasar.Â
Perut yang sebenarnya telah diisi malah kempes lagi dan terasa lapar. Duh.... kepingin mampir tapi semua terasa 'haram'. Derita jalan-jalan di kota bukan mayoritas muslim memang begini.Â
kepanikan makin menjadi saat hari makin malam dan orang-orang yang ditanyai alamat hotel tidak bisa berbahasa Inggris. Alhasil setelah berkeliling selama hampir satu jam, terbitlah titik terang di antara gelap malam (eciye). Seorang pedagang yang bisa berbahasa Inggris pun lumayan jelas memberikan petunjuk arah dan sang aplikasi waze pun sudah menyala dengan prima. Akhirnya... sampai juga kita di hotel tercinta setelah bersusah payah sampai pecah kongsi hehehe...
Tenang! cobaan belum selesai bung. Sampai di hotel kita dikunciin. Tak ada satu batang hidungpun terlihat di dalam hotel yang bisa diintip lewat pintu kaca hotel. Â Kita pun kompak berteriak-teriak di tengah kelelahan luar biasa. Belum cukup mengundang perhatian dari dalam, kita mulai menggedor-gedotr pintu yang ditali pakai rantai.Â
Akhirnya, si bapak resepsionis yang usaha banget ngomong Melayu ini ngebukain kita pintu. Dalam hati saya bergumam 'baru kali ini gue dikunciin pintu sama pihak hotel' hehehe...
Tubuh yang makin lelah dengan pengalaman super excited ini ditutup dengan tidur pulas di hotel Prince yang lumayan nyaman. Sebelum tidur, saya dan mama mengobrol atau mereview perjalanan kami sembari mengolesi kaki yang cenat cenut dengan Geliga Krim  setelah seharian berjalan di tengah kerasnya Hanoi ini.Â
Saya termasuk orang yang senang jalan daripada ribet harus 'ngangkot' apalagi di negeri orang. Apalagi  kalau cuma sekiloan jaraknya. Duh, mending jalan deh. Selain bisa lebih seksama nikmati detail tempat wisata, kalian juga lebih sehat kan.Â
Makanya penting banget pakai krim antipegal kayak Geliga Krim ini. Krim manjur ini juga efektif buat bikin kalian prima  lagi keesokan harinya, bisa jalan lagi deh hehehe... Jadi jangan takut jalan untuk eskplorasi yang lebih dari biasanya. Jangan lupa tengok kanan kiri kalau nyebrang ya. Selamat menikmati ke-deg-deg-serr- an Hanoi!Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H