Pagi-pagi kita udah cussss pakai mobil bang Faisal yg juga punya aceh adventure dan pernah guide tim My Trip My Adventure. Lumayan murah rentalnya 400 ribu udah sama sopir tapi belum bensin. dan dia termasuk orang yang gak tanggung nganterin kemana-mana bahkan medan susah sekalipun sampai mobilnya berdecit kelelahan.
Sebelum makan kita sempetin sarapan dulu pagi-pagi, awalnya pengen keluar hotel jam 6, lagi-lagi lupa kalau jam 6 di sana kayak jam 5 di Jakarta. Setelah tunggu beberapa saat, mulai deh ramai banyak yang jualan nasi gurih yang seporsinya sekitar kurang dari 10 ribuan rasanya enak mirip nasi uduk tapi lauknya lebih beragam.Â
Tempat pertama yang kita singgahi di hari kedua adalah kuburan Belanda yang tempatnya dekat dengan masjid raya dan museum tsunami. Waktu tsunami puluhan makam hilang disapu air dan rusak tapi sudah diperbaiki. Tidak ada yang spesial cuma mirip dengan kuburan-kuburan klasik di Jakarta
Masuk ke museum tsunami gratis, karena lagi musim batu akik jadi lah itu di depan museum banyak jual batu akik termasuk batu giok yang tempo hari ditemukan 30 kali di dalam hutan Aceh.
Arsitekturnya keren, sebenarnya museum ini ga besar-besar amat tapi arsitekturnya yang bikin kelihatan luas. Ridwan Kamil arsitek di baliknya. Masuk di sana lumayan merinding karena harus masuk ke dalam gua dulu diiringi percikan air di sekelilingnya. baru deh ada semacam exhibition pameran bekas-bekas tsunami.
Selain itu di dalamnya ada kantor dan bioskop mini. Waktu itu nebeng sama anak sekolah yang nonton kembali tragedi tsunami. Di tengah film beberapa anak-anak terisak, gimana coba korban tsunami diperlihatkan lagi kepedihan itu. Ya keingetan sediih lagi. Gak terkecuali bang faisal yang kehilangan hampir seluruh keluarganya, dia enggan banyak bicara ketika diungkit itu lagi, dan gw ga mau tanya lagi.
Dalam museum seperti rangkaian perjalanan mulai dari masa kelam sampai masa move on orang-orang Aceh. bagus banget konsepnya ada ruang mirip cerobong asap yang di dalamnya ada nama-nama korban dan di atas ada tulisan Allah mungkin makna metafornya semua kembali kepada tuhan.Â
Setelah dari museum, kita ke kapal apung PLTU yang nyasar sampai ke kota. kapalnya besar tapi ya begitu saja, cuma lihat-lihat kapal dan kayaknya mau dibangun museum di dalamnya. Bagus kalau bener-bener diubah kayak museum tsunami. Di sini gw ketemu wisatawan dari Malaysia. yang sudah ibu-ibu dan sepuh tapi kuat panas-panasan dan naik tangga kapal. salut!
Enaknya dipandu sama orang lokal ya dia ngerti kemana kita harus dibawa. masih situs tentang tsunami. kita masuk ke suatu perkampungan yang deket dengan pelabuhan ulele. Di sana ada masjid yang saat tsunami kubahnya terbang sampai berkilo-kilo meter. Bukan jadi museum si, hanya dibangun sebagai situs oleh warga setempat dan sebenarnya di balik situs ini ada pemandangan alam yang lumayan asri dan bisa dijual.Â
Dari kubah terbang kita balik lagi ke pusat kota dan sempetin makan ayam tangkap yang enak banget sampai nyokap minta daun yang dipakai buat masak ayam itu hahah. padahal di pesawat ga boleh bawa tanaman dan sempat terhambat gara-gara pemeriksaan tapi oke lah asal jangan bawa ganja aja hahaha.
Tadinya mau ke rumah Cut Nyak Dien tapi tutup jadi kita ke rumoh aceh yang juga ga bisa masuk karna lagi istrahat. di sampingnya ada makam sultan iskandar muda yang gak dikeramatin sama sekali sama orang Aceh. Kalau di Jawa mungkin udah banyak yg doa-doa minta berkah kali hahaha.Â
Gw udah bete karena wisatanya bangunan semua. gGw ga terlalu suka wisata kota, alhasil mas faisal dengan baiknya mau nganterin kita ke wisata yang belum banyak orang tau. namanya Kuta Malaka. Asalnya sih itu air terjun tapi pesona bukitnya lebih keren mirip kayak di luar negeri daripada air terjunnya yang penuh corat coret dan sampah.
Untuk ke sana track-nya lumayan menantang gw kan pake avanza tuh jadi lumayan ngeri tergelincir atau bagaimana lah. Ditambah mobil harus masuk genangan air mirip di film petualangan dah.
Mobil udah berdecit, tapi untuk mendapatkan surga ya mesti begini. Di balik kesusahan dan perjalanan ekstrem sampai hampir sejam kita disambut pegunungan dan bukit-bukit cantik yg rumput dan hijaunya sangat khas. mirip selandia baru sih kata detik.com hahaha.
Alhasil gw girang gak ketulungan, katanya bang faisal tadinya program my trip my adventure yang dipandu nadine mau ke sini, eh tapi belakangan Deny Sumargo sama Marcel Sastra ke sini juga. Gw sih pengennya naik kemana-mana karna ada satu icon lucu, ada bukit yang di puncaknya ada pohon cuma satu, tapi karna gw bawa emak gw jadi gak bisa ekstrem-ekstrem amet karena dia udah tergopoh-gopoh naik ke bukit.Â
Setelah puas naik ke bukit kita turun liat air terjun yang enggak banget, meski kalau dirawat itu sebenarnya bagus. Dasar orang Indonesia jorok.Â
Di sini belum ada warung, toilet atau tempat salat padahal dimintain bayaran sekitar 15 ribu. kayaknya baru mau dikelola deh.
Pantai Lampuuk
Dari Kuta Malaka kita ke pantai mau lihat kesukaan gw, sunset!. Trus mampir dulu karena bokap minta oleh-oleh batu akik.Â
Banyak gubuk-gubuk di pinggirnya, jadi kalau haus bisa pesen es kelapa atau mie goreng. arusnya juga gak terlalu besar pokoknya asik banget.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H