Mohon tunggu...
Mustyana Tya
Mustyana Tya Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis, jurnalis dan linguis

Seorang pejalan yang punya kesempatan dan cerita

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Wisata Aceh dan Renungan Bencana Tsunami

6 Juni 2017   12:01 Diperbarui: 6 Juni 2017   16:43 498
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pagi-pagi kita udah cussss pakai mobil bang Faisal yg juga punya aceh adventure dan pernah guide tim My Trip My Adventure. Lumayan murah rentalnya 400 ribu udah sama sopir tapi belum bensin. dan dia termasuk orang yang gak tanggung nganterin kemana-mana bahkan medan susah sekalipun sampai mobilnya berdecit kelelahan.

Sebelum makan kita sempetin sarapan dulu pagi-pagi, awalnya pengen keluar hotel jam 6, lagi-lagi lupa kalau jam 6 di sana kayak jam 5 di Jakarta. Setelah tunggu beberapa saat, mulai deh ramai banyak yang jualan nasi gurih yang seporsinya sekitar kurang dari 10 ribuan rasanya enak mirip nasi uduk tapi lauknya lebih beragam. 

Dok.pribadi
Dok.pribadi
Kuburan Belanda, Kerkhof

Tempat pertama yang kita singgahi di hari kedua adalah kuburan Belanda yang tempatnya dekat dengan masjid raya dan museum tsunami. Waktu tsunami puluhan makam hilang disapu air dan rusak tapi sudah diperbaiki. Tidak ada yang spesial cuma mirip dengan kuburan-kuburan klasik di Jakarta

Dok.pribadi
Dok.pribadi
Museum Tsunami

Masuk ke museum tsunami gratis, karena lagi musim batu akik jadi lah itu di depan museum banyak jual batu akik termasuk batu giok yang tempo hari ditemukan 30 kali di dalam hutan Aceh.

Arsitekturnya keren, sebenarnya museum ini ga besar-besar amat tapi arsitekturnya yang bikin kelihatan luas. Ridwan Kamil arsitek di baliknya. Masuk di sana lumayan merinding karena harus masuk ke dalam gua dulu diiringi percikan air di sekelilingnya. baru deh ada semacam exhibition pameran bekas-bekas tsunami.

Selain itu di dalamnya ada kantor dan bioskop mini. Waktu itu nebeng sama anak sekolah yang nonton kembali tragedi tsunami. Di tengah film beberapa anak-anak terisak, gimana coba korban tsunami diperlihatkan lagi kepedihan itu. Ya keingetan sediih lagi. Gak terkecuali bang faisal yang kehilangan hampir seluruh keluarganya, dia enggan banyak bicara ketika diungkit itu lagi, dan gw ga mau tanya lagi.

Dalam museum seperti rangkaian perjalanan mulai dari masa kelam sampai masa move on orang-orang Aceh. bagus banget konsepnya ada ruang mirip cerobong asap yang di dalamnya ada nama-nama korban dan di atas ada tulisan Allah mungkin makna metafornya semua kembali kepada tuhan. 

Dok.pribadi
Dok.pribadi
Kapal apung

Setelah dari museum, kita ke kapal apung PLTU yang nyasar sampai ke kota. kapalnya besar tapi ya begitu saja, cuma lihat-lihat kapal dan kayaknya mau dibangun museum di dalamnya. Bagus kalau bener-bener diubah kayak museum tsunami. Di sini gw ketemu wisatawan dari Malaysia. yang sudah ibu-ibu dan sepuh tapi kuat panas-panasan dan naik tangga kapal. salut!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun