Mohon tunggu...
Bagus Aditya Aditama
Bagus Aditya Aditama Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Seorang petualang dan fotografer

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tradisi Ritual 10 Zulhijah pada Masyarakat Sekitar Gunung Bawakaraeng Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan

8 Desember 2023   17:59 Diperbarui: 8 Desember 2023   18:17 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://diplomasi.republika.co.id/posts/228596/tradisi-naik-haji-di-gunung-bawakaraeng

Pada tanggal 10 Zulhijah menjadi hari yang penting dan memiliki posisi strategis bagi umat Muslim karena selain diperingati sebagai hari raya Idul Adha juga bertepatan dengan hari raya Haji. Dengan keberagaman budaya yang dimiliki Indonesia tentu dalam pelaksaan ibadah tak lepas dari pandangan subjektif adat istiadat kelompok/komunitas tertentu di beberapa daerah, termasuk tradisi ibadah dengan mendaki ke puncak Gunung Bawakaraeng setiap 10 Zulhijah yang dilakukan oleh masyarakat setempat.

Gunung Bawakaraeng sendiri berjarak sekitar 70 kilometer dari ibukota provinsi dan berada dalam wilayah administrasi Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Gunung Bawakaraeng memiliki ketinggian sekitar 2.840 meter dari permukaan laut. Kata Bawakaraeng sendiri berasal dari kata Bawa yang berarti mulut dan Karaeng yang berarti Tuhan. Jadi Bawakaraeng berarti mulut Tuhan.

Masyarakat sekitar Gunung Bawakaraeng sebenarnya mayoritas menganut agama Islam. Mereka juga melaksanakan salat lima waktu, puasa ramadhan, serta percaya kepada rukun Islam dan rukun iman. Akan tetapi, mereka juga meyakini kesakralan gunung tersebut. Pasalnya masyarakat setempat percaya bahwa tempat tersebut adalah tempat pertemuan para wali. Kepercayaan tentang kesakralan gunung ini telah diwariskan secara turun-temurun.

Cara masyarakat sekitar Gunung Bawakaraeng memperingati tanggal 10 Zulhijah sebenarnya tidak jauh berbeda dengan umumnya umat Muslim. Akan tetapi yang unik adalah tradisi mereka untuk mendaki ke puncak gunung setiap tanggal tersebut. Mereka beranggapan bahwa dengan mendaki puncak Gunung Bawakaraeng, seseorang akan mencapai ketinggian dalam hal pengabdian kepada Tuhan.

Menurut rumor yang beredar, masyarakat sekitar Gunung Bawakaraeng melakukan ritual replika haji di puncak gunung. Namun hal tersebut telah menjadi konsumsi umum yang salah dan menjadi kepercayaan yang dipelihara hingga kini. Pada realitanya, dalam ritual ibadah yang mereka lakukan tidak ada aktivitas replika berhaji, mereka hanya melaksanakan salat Idul Adha pada umumnnya dan ditutup dengan khutbah. Pelaksanaan ritual di Gunung Bawakaraeng dilakukan dengan memperbanyak doa dan permohonan kepada Tuhan. Dalam keyakinan penganut kepercayaan tersebut, bahwa apapun yang dimohonkan di puncak Gunung Bawakaraeng pasti akan dikabulkan oleh Tuhan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun