Dalam keheningan,
Namamu selalu berteriak lebih keras,
Berdetak berdegup, dihati dan telinga,
Mengalahkan suara kecewa dan piluku.
Takut kehilangan selalu begitu,
Kadang mau,
Kadang ragu,
Kadang juga rindu.
Tak terbalasnya rasaku itu hal yang biasa,
Takutku juga hal yang biasa,
"Yang istimewa kan hanya masa lalumu, Tuan?".
Pernahkah?,
Pernahkah namaku melintasi pikiranmu?,
Pernahkah kecewaku melanglang ke nalarmu?,
Pernahkah rinduku membisiki hatimu?.
Beribu sajak kata indah milikku sepertinya sia-sia,
Aku suka bercerita tentangmu lewat kata-kata,
Dan sial nya,
Aku adalah hal yang takkan pernah kau baca.
Terimakasih Tuan,
Lagi-lagi kau goreskan luka,
Belum saja aku sembuhkan diri,
Sudah kau sayat lagi dengan angan-angan bersama.
Terimakasih Tuan,
Lagi-lagi aku kecewa,
Kecewa dengan bait rindumu kepada nya,
Biar perih kusimpan, kau dan dia jangan.
-Percayalah Tuan,
Bersebab rasa sayang, luka darimu kusebut hadiah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H