Mohon tunggu...
Tyas Maulita
Tyas Maulita Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis Konten

Penulis konten untuk web, blog, dan fanspage media sosial sejak 2018.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Sevel, Lain di Indonesia, Lain di Malaysia

1 Juli 2017   20:49 Diperbarui: 6 Juli 2017   15:14 1296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rangkaian minimarket 7-Eleven atau Sevel, sebutan populernya, resmi menutup gerainya di Indonesia, 30 Juni 2017 kemarin. Peristiwa ini dirasa cukup mengejutkan, sehingga mengundang banyak analisis mewarnai media massa.

Antara analisis yang bagi saya cukup masuk akal, dilansir dari republika.co.id, dalam artikel berjudul Kebiasaan Pelanggan Indonesia Membuat 7-Eleven Bangkrut?

Menurut sumber berita, pelanggan Sevel umumnya betah berlama-lama menikmati wifi, colokan listrik, dan meja kursi gratis untuk nongkrong berjam-jam, dengan hanya membeli sebuah minuman. Saya sendiri melihat gambaran pelanggan Sevel, seperti dalam film Moamar Emka : Jakarta Undercover, yang mana pengunjung bisa berjam-jam duduk di salah satu sudutnya. Kebiasaan pelanggan ini, yang kemudian menjadikan pendapatan dari penjualan dan biaya operasional Sevel di Indonesia tak seimbang.

Nah, bagaimana dengan gerai 7-Eleven di Malaysia yang masih eksis, sejak pertama kali dibuka pada tahun 1984 di Bukit Bintang? Berdasarkan pengamatan random saya, minimarket yang populer dengan Slurpee-nya ini tidak semuanya menyediakan fasilitas nongkrong. Umumnya, kedai 24 jam ini dibuka di kawasan sibuk, seperti terminal bus, stasiun pengisian bahan bakar umum, stasiun kereta api, pasar di sekitar perumahan penduduk, dan shopping centre.

Mobilitas massa di kawasan tersebut cukup tinggi, sehingga mereka benar-benar memanfaatkan 7-Eleven sebagai toko grab and bite. Bukan sebagai tempat nongkrong gratisan. Tidak adanya space untuk nongkrong yang mencukupi, juga membuat pengunjung lekas beralih setelah membeli barang.

Budaya nongkrong sendiri, bukannya tidak ada di negara ini. Namun, masyarakat lebih memilih nongkrong di McDonald's atau kedai mamak*, yang juga beroperasi 24 jam dan menyediakan wifi. Tambahan pula, tempat ini lebih lapang dan nyaman untuk berkumpul-kumpul, meski hanya dengan membeli secawan kopi.

*Kedai mamak : Restoran yang dibuka dan dikelola oleh India muslim di Malaysia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun