Mohon tunggu...
Tyas Poliyama
Tyas Poliyama Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Peserta Pertukaran Mahasiswa Merdeka Batch 3 Universitas Negeri Malang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Candi Jago, Warisan Budaya Kolaborasi 2 Agama

24 September 2023   16:06 Diperbarui: 24 September 2023   16:07 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Peserta Pertukaran Mahasiswa Merdeka Batch 3 Universitas Negeri Malang pada Minggu, 10 September 2023 mengikuti kegiatan kebhinekaan yang merupakan program wajib "Modul Nusantara" berkunjung ke Candi peninggalan kerajaan zaman dahulu yang tepatnya berada di Kabupaten Malang. Dengan menaiki bus dan menempuh perjalanan kurang lebih 20 km, peserta program PMM sejumlah 24 orang tiba di sebuah destinasi wisata bernuansa sejarah bernama Candi Jago.

Berdasarkan cerita dari Pak Mulyanto (Juru Pelihara), Candi Jago merupakan sebuah warisan budaya yang terletak di Kabupaten Malang, Jawa Timur. Candi ini dibangun pada masa Kerajaan Singosari pada tahun 1268 masehi disaat masa kejayaan Kertanegara. Nama candi Jago dikutip dari kitab para raja berasal dari kata "Jajaghu" yang berarti "Tempat Suci atau Keagungan". Fungsinya adalah sebagai makam atau tempat penyimpanan abu jenazah dari Raja Srijaya Wishnuwardhana atau  Ranggauni, yang merupakan ayah dari Raja Kertanegara.

Candi Jago mayoritas mengambil kutipan dari bentuk gunung, dimana semakin keatas, bentuknya semakin meruncing. Candi ini terbuat dari batu gunung andesit sebesar 14 x 24 meter dan tinggi aslinya 15 meter. Namun karena faktor alam, tinggi candi ini telah berkurang menjadi 10 meter saja. Hal yang tidak mengherankan lagi, karena umur candi telah berabad-abad lamanya. Di sekeliling candi ini terdapat relief yang menceritakan berbagai kisah mulai dari kisah berlatar agama Hindu maupun Budha. Ini merupakan bukti bahwa pada saat masa tersebut, kekuasaan dari Wishnuwardhana dapat menyatukan 2 agama yaitu Hindu dan Budha, sehingga lahirlah candi dengan motif dari 2 agama.

Candi ini dibangun disebuah lahan yang konon katanya sangat luas, namun yang tersisa sekarang adalah 68 meter di sisi kanan dan kiri, 36 meter di sisi depan serta 4 meter di sisi belakang. Di halaman candi terdapat beberapa arca yang dijaga sama berharganya dengan Candi Jago, beberapa arca yang masih berdiri di halaman candi antara lain Arca Muka Kala yang berarti Wajah Raksasa, dan Arca Amoghapasa, berwujud manusia namun bertangan delapan, diyakini bahwa arca ini adalah bentuk dari Sang raja Wishnuwardhana. Menurut juru pelihara, masih ada lagi arca lainnya, namun telah disimpan di museum nasional Jakarta karena sempat terjadi kasus pencurian arca yang diduga akan dijadikan sebagai objek jual beli ilegal oleh oknum-oknum tak bertanggung jawab.

Arca Muka Kala (Dokumentasi Pribadi)
Arca Muka Kala (Dokumentasi Pribadi)
Arca Amoghapasa (Dokumentasi Pribadi)
Arca Amoghapasa (Dokumentasi Pribadi)

Bukti-bukti peninggalan seperti inilah yang patut kita jaga, rawat serta lestarikan. Dengan keberadaan objek-objek peninggalan kerajaan jaman dahulu seperti salah satunya Candi Jago ini mendorong kita untuk menyadari pelajaran-pelajaran yang dapat kita petik dari situs sejarah yang ada di Kabupaten Malang, Jawa Timur ini.

 Penulis: Naurah Rasyiqah, Aisyah Jasmin, Tyas Aswadina

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun