5. Dengan keikutsertaan negara-negara besar seperti, Amerika Serikat, Cina, dan Rusia dalam Six-Party Talks, seharusnya mereka dapat mendesak kedua negara tersebut dengan menggunakan pengaruh mereka untuk mengubah perilaku kedua negara tersebut.
 6. Melindungi dari campur tangan pihak asing yang berniat untuk memperkeruh suasana.
 7. Keikutsertaan dunia dalam membantu upaya penyelesaian konflik. Seperti Swiss yang memiliki itikad baik untuk berkontribusi dalam meredakan ketegangan di Semenanjung Korea dan selalu bersedia membantu mencarikan solusi apabila kedua pihak menghendaki, semisal dengan menyelenggarakan mediasi antara keduanya. Iran juga siap membantu menemukan solusi damai terhadap krisis yang ada di semenanjung Korea jika itu dianggap perlu oleh kedua pihak.Â
8. Yang terpenting adalah adanya jaminan keamanan dan bantuan ekonomi yang dibutuhkan dari Korea Utara dari Amerika Serikat maupun negara-negara lainnya. Korea Utara sebelum dipimpin oleh Kim Jong Un, oleh ayahnya terdahulu hingga sekarang teta dipandang sebagai negara yang terisolasi, dimana Korut tidak memiliki saluran diplomatik untuk menyampaikan kepentingan nasionalnya, serta jaminan keamanan nasional. Maka, Korut menilai hanya dengan pengembangan kekuatan nuklir dan konfrotasi militer inilah yang menjadi alternatif satu-satunya untuk menjaga stabilitas nasionalnya. Karena, alasan meledaknya amarah Kim Jong Un adalah ketika AS-Korsel melakukan latihan militer tahunannya, yang menyebabkan pemimpin muda komunis ini mengancam akan melakukan serangan pre-emptive atas para "agresor"-nya.Â
Jadi dapat dikatakan bahwa ancaman perang dari Korut ini merupakan suatu wujud ekspresi ketakutan akan ancaman negara lain
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H