Diskusi rutin terkait prakiraan cuaca dan upaya mitigasi bencana  diharapkan membantu para nelayan dan warga pesisir membangun ketahanan bencana. Drama ADB dan inisiatif berbasis radio yang digerakkan oleh BNPB patut didukung. Satu masukan yang perlu dipertimbangkan adalah konten sandiwara yang masih terlalu Jawa-sentris. Berdasarkan pemetaan rawan bencana yang dilakukan BNPB, memang tampak bahwa Pulau Jawa merupakan pulau dengan potensi bencana yang paling tinggi di Indonesia.Â
Hal ini tidak lepas dari kepadatan populasi penduduk. Namun, saya yakin masih ada ruang bagi BNPB untuk mengulik strategi mitigasi bencana dengan pendekatan budaya yang lebih luas di luar Pulau jawa. Misalnya saja di Nias, Sumatera Utara. Kearifan lokal warga Nias membuahkan Omo Hada, alias rumah perahu yang bergoyang saat gempa datang. Museum Pustaka Nias sudah membukukan hasil penelitian tentang Omo Hada.
 Pun anak-anak di Pulau Nias memiliki lagu tentang tata cara menghadapi gempa. Kekayaaan budaya ini bisa diolah menjadi materi komunikasi lain untuk menyebarluaskan kesadaran bencana ke seantero Nusantara. Bisakah kita menggali pendekatan budaya Nusantara untuk diolah menjadi materi diskusi radio maupun film dokumenter, infografis, artikel, esai foto, dan materi komunikasi lainnya demi Indonesia yang semakin tanggap bencana?
*Artikel ini ditulis untuk disertakan dalam lomba blog Menyadari Bencana Melalui Radio. Kerjasama BNPB dan Kompasiana. Penulis adalah mahasiswi paska sarjana, jurusan International Humanitarian Action.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H