Mohon tunggu...
Shintya Kurniawan
Shintya Kurniawan Mohon Tunggu... -

A truly blessed person who is lucky enough to enjoy her dreams come true

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pendekatan Budaya dalam Membangun Indonesia Tangguh Bencana

7 Juli 2017   20:47 Diperbarui: 7 Juli 2017   21:24 468
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kelud - (c) Shintya Kurniawan

Diskusi rutin terkait prakiraan cuaca dan upaya mitigasi bencana  diharapkan membantu para nelayan dan warga pesisir membangun ketahanan bencana. Drama ADB dan inisiatif berbasis radio yang digerakkan oleh BNPB patut didukung. Satu masukan yang perlu dipertimbangkan adalah konten sandiwara yang masih terlalu Jawa-sentris. Berdasarkan pemetaan rawan bencana  yang dilakukan BNPB, memang tampak bahwa Pulau Jawa merupakan pulau dengan potensi bencana yang paling tinggi di Indonesia. 

Hal ini tidak lepas dari kepadatan populasi penduduk. Namun, saya yakin masih ada ruang bagi BNPB untuk mengulik strategi mitigasi bencana dengan pendekatan budaya yang lebih luas di luar Pulau jawa. Misalnya saja di Nias, Sumatera Utara. Kearifan lokal warga Nias membuahkan Omo Hada, alias rumah perahu yang bergoyang saat gempa datang. Museum Pustaka Nias sudah membukukan hasil penelitian tentang Omo Hada.

 Pun anak-anak di Pulau Nias memiliki lagu tentang tata cara menghadapi gempa. Kekayaaan budaya ini bisa diolah menjadi materi komunikasi lain untuk menyebarluaskan kesadaran bencana ke seantero Nusantara. Bisakah kita menggali pendekatan budaya Nusantara untuk diolah menjadi materi diskusi radio maupun film dokumenter, infografis, artikel, esai foto, dan materi komunikasi lainnya demi Indonesia yang semakin tanggap bencana?

*Artikel ini ditulis untuk disertakan dalam lomba blog Menyadari Bencana Melalui Radio. Kerjasama BNPB dan Kompasiana. Penulis adalah mahasiswi paska sarjana, jurusan International Humanitarian Action.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun