Beberapa waktu lalu, aku mengikuti acara campus expo di SMA tempat aku pernah menuntut ilmu hingga dinyatakan lulus. Bersama teman-teman, aku memperkenalkan perguruan tinggi tempat kami menuntut ilmu sekarang kepada adik-adik kelas dengan harapan supaya mereka lebih mengenal perguruan tinggi mereka dan tidak salah memilih perguruan tinggi bahkan jurusan mereka.
Dalam acara tersebut, aku bertemu dengan seorang adik kelasku. Adik kelasku ini bertubuh jangkung dan kurus. Ia juga seorang lelaki berkulit putih. Raut wajahnya terlihat seperti wajah orang-orang Asia Timur.
Kami bertegur sapa layaknya orang-orang yang sudah lama tidak bersua.
"Apa kabar, Kak?" Sapanya, "sekarang, Kakak kuliah di mana?"
"Ayo, tebak, kuliah di mana aku sekarang?" Tanyaku, "cobalah kamu perhatikan jaket kampusku, maka kamu akan tahu kuliah di mana aku sekarang."
Ia segera memperhatikan jaket berwarna kuning yang melekat di tubuhku. Diperhatikannya pula lencana yang melekat di bagian kanan jaketku itu.
"Kakak kuliah di UI?" Tanyanya dengan mata berbinar-binar. UI yang ia maksud tak lain adalah Universitas Indonesia.
Aku menganggukkan kepalaku.
"Wah, keren!" Ia memujiku.
Aku tersipu malu mendengar pujiannya.
"Di UI, Kakak kuliah di jurusan apa?" Tanyanya lagi.
"Teknik, Dik," kataku, "teknik rekonstruksi masa lalu."
Ia mengerutkan dahinya. Wajahnya terlihat seperti orang yang bingung.
"Kak, jangan bercanda, ah! Kakak kuliah di jurusan apa?" Tanyanya dengan rasa penasaran yang tampak meningkat.
"Teknik rekonstruksi masa lalu." Kataku lagi.
"Ah, nggak tau, ah!" Ia menjadi sebal dan akhirnya pergi, sementara aku dan beberapa adik kelas yang ada di sekitarku tertawa cekikikan.
Sebenarnya, yang kumaksud adalah Jurusan Ilmu Sejarah. Aku hanya bermaksud mencandainya, sehingga aku menyebut nama jurusanku teknik rekonstruksi masa lalu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H