Mohon tunggu...
tya vega
tya vega Mohon Tunggu... karyawan swasta -

saya adalah saya... bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa namun bisa menjadi apa dan siapa atas kehendak-Nya Marketing Staff di perusahaan Mebel berskala Internasional dan senang berbagi pengetahuan dan pengalaman

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mengintip Kehidupan Masyarakat Bawah Negara Maju

26 Januari 2018   17:04 Diperbarui: 26 Januari 2018   17:14 497
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dilihat dari dokumen dokumen foto Reuters yang dipublikasikan di laman detik.com, potret kehidupan kaum ekonomi lemah di sebuah negara yang dikenal se-Asia sebagai negara paling maju di wilayah ini, ternyata mengungkap fakta yang tidak akan pernah ada yang menduganya.

Meskipun pemerintah HongKong memberikan tunjangan bagi masyarakat ekonomi lemah-pun, namun tidak menutup kemungkinan dari 100% warga miskin di sana telah ter-cover semua. Bahkan fakta dokumen Reuter mengungkapkan bahwa penduduk tanpa rumah di Hongkong meningkat signifikan 30% menjadi 1800 orang sejak 5 tahun terakhir

2-5a6af668cf01b446dd03c883.jpg
2-5a6af668cf01b446dd03c883.jpg
3-5a6af5e3ab12ae430c6f7283.jpg
3-5a6af5e3ab12ae430c6f7283.jpg
4-5a6af658f1334450031ae162.jpg
4-5a6af658f1334450031ae162.jpg
5-5a6af6af16835f36d23498e2.jpg
5-5a6af6af16835f36d23498e2.jpg
6-5a6af6c9cbe523503778bc32.jpg
6-5a6af6c9cbe523503778bc32.jpg
7-5a6af6cccf01b446ea7d9ef3.jpg
7-5a6af6cccf01b446ea7d9ef3.jpg
Melihat fakta-fakta tersebut, sempat terlintas dalam benak ini... Jika pemerintah kita ingin menjadi negara maju dengan membuka keran investasi dari dunia luar, maka tidak bisa dipungkiri lagi jika kelak masyarakat miskin kita juga akan tersingkir di dalam negeri kita sendiri...

Contoh kecil, seorang petani memiliki tanah ladang seperempat hektar sebagai lahan sandang pangan mereka. Lahan ini mereka tanami padi dengan hasil panen setiap 4 bulan sekali. 

Benih yang mereka beli butuh uang, menanam padi jika ingin hasil lebih baik harus mau beli pupuk. Mereka peras tenaga banting tulang tak kenal waktu dan musim. Panas dan hujan pun mereka akan tetap ke sawah...

Saat panen pun tiba... Mereka masih pula bersusah payah mengeringkan padi...

Saat dijual, ternyata harga jatuh...gara2 pemerintah memberikan aturan untuk membuka keran import :(

Tiba tiba, pemerintah memutuskan lahan sawah tersebut akan dibangun jalan tol. Sebagai warga negara yang tunduk aturan hukum, mereka harus rela melepas lahan yang dipunyai meski dengan ganti rugi yang tak seberapa. Akhirnya mereka tidak lagi punya lahan yang akan dikerjakan untuk mencukupi kebutuhan mereka.

Dengan dibukanya area tersebut demi kemajuan, maka mulailah banyak pabrik didirikan oleh para investor. Mereka pun berusaha memenuhi kebutuhan dengan menjadi buruh pabrik....

Ah sebenarnya masih panjang cerita ini...tapi saya lelah... hanya memikirkan saja sudah lelah...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun