Mohon tunggu...
Tya Fitria
Tya Fitria Mohon Tunggu... Novelis - Just an amateur writer

Life is a story

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Love Yourself

4 November 2020   22:21 Diperbarui: 4 November 2020   22:50 287
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika semua orang masih disibukan dengan perdebatan antara bumi bulat atau datar. Mungkin hanya aku yang tidak memperdulikan hal itu. Aku tidak peduli bagaimana bentuk sebenarnya dari bumi yang aku tinggali karena bulat atau datar selamanya bumi tidak akan pernah terbagi dengan adil.

Bumi memang tercipta begitu indah untuk seluruh mahluknya. Segalanya diberikan untuk memenuhi setiap kebutuhan. Aku menyadari jika aku hanyalah mahluk kecil tak berdaya yang memiliki ego besar. Namun, tidak selamanya bumi bersikap baik kepada penghuninya atau mungkin hanya kepadaku saja bumi bersikap tak ramah seperti ini.

Deruan angin menembus tebalnya dinding, menyalurkan dinginnya malam untuk aku rasakan. Malam ini bumi menangis, entah sebab apa yang membuatnya sedih. Aku selalu ikut merasakan kesedihan bumi, aku merasakan rintihan air matanya yang terus mengalir tetapi mengapa jika aku menangis kau tak pernah ikut merasakan?

Kebahagiaan adalah hal tabu bagiku, kepedihan dan kesedihan adalah kawanku sejak lama. Tidak ada orang yang dapat benar-benar mengerti jika belum pernah merasakan. Sering kali aku mendengar kata prihatin yang terucap dari mulut mereka ketika mengetahui kehidupanku yang sebenarnya tetapi kata tetaplah kata tidak akan dapat merubah nasib seseorang jika bukan orang itu sendiri.

Aku bisa memilih teman-temanku tetapi aku tidak bisa memilih diriku sendiri untuk seperti apa. Aku tidak pernah berpikir jika aku tidak terlahir sebagai aku tetapi sebagai mereka, apa nasibku akan berbeda. Entalah aku pun tidak tahu jawabannya.

Aku terjebak diantara mereka. Mereka yang hidup dengan penuh kebahagiaan. Terlahir menjadi putra konglomoret. Kaya sejak sebelum dilahirkan. Berbeda denganku. Jika mereka terlahir disambut oleh kasih sayang dan kehangatan sedangkan aku disambut oleh kebencian dan hawa dingin.

Jika tidak ada Nyonya Monesh, aku tidak yakin hari ini aku masih bisa menghirup oksigen dan mengeluarkannya menjadi karbondioksida. Sungguh menyedihkan nasibku kala itu. Diantara hawa dingin dan tangisan bumi malam itu terselip suara tangisanku meminta pertolongan. Aku hampir menyerah dengan keadaan, tubuhku yang hanya terselimuti kain bayi yang sangat tipis sudah tidak sanggup lagi menahan dinginya udara. 

Beruntung, dewi fortuna masih berpihak padaku. Nyonya Monesh yang baru saja tiba dari acara jamuan makan malam datang menghampiriku. Membawaku ke tempat yang lebih hangat. Merawatku hingga aku dewasa.

Dibenci oleh Ayah dan Ibu sejak sebelum dilahirkan adalah mimpi yang sangat buruk bagiku. Aku selalu membenci diriku kenapa aku harus terlahir di bumi ini ketika kehadiranku justru tidak diinginkan oleh mereka, kedua orang tuaku.

Aku merasa hidupku sangat tidak berguna. Aku selalu berandai-andai jika saja Nyonya Monesh tidak menemukan dan menyalamatkanku pasti semua tidak akan seperti ini. Bumi tetap akan damai tanpa kehadiranku yang selalu menyalahkannya.

Rumah Peduli Kasih adalah saksi bisu perjuanganku untuk hidup. Meski terlihat buruk setidaknya kedua orang tuaku menempatku di tempat yang tepat. Panti asuhan milik Nyonya Monesh menjadi rumahku sejak aku hadir di dunia ini. Tidak seperti rumah pada umumnya, dirumahku ini tidak ada yang dapat dipanggil sebagai sosok Ayah dan Ibu hanya ada Nyonya Monesh yang selalu ada bagi kami, anak-anak terbuang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun