Ajarkan Kemandirian Dan Pantang Minta Bantuan
Istilah kemandirian pada anak umumnya dikaitkan dengan kemampuan dalam melakukan segala bentuk kegiatan dengan usaha sendiri.Â
Kemampuan anak dalam pembiasaan kemandirian dapat dilihat dari kemampuan fisik, percaya diri, bertanggungjawab, disiplin, pandai bergaul, mau berbagi serta mampu mengendalikan emosi.Â
Anak akan mandiri apabila dimulai dari keluarganya dan hal inilah yang menyebabkan tingkat kemandirian seseorang berbeda -- beda antara yang satu dengan yang lain, karena factor yang mempengaruhi kemandirian tersebut. Faktor -- factor yang mempengaruhi kemandirian adalah : keturunan orang tua, pola asuh orang tua, sistem pendidikan di sekolah, sistem kehidupan di masyarakat.
Kemandirian anak harus dibina sejak usia dini, seandainya kemandirian anak dikondisikan setelah anak besar, kemandirian itu akan menjadi tidak utuh. Secara alamiah anak sudah mempunyai dorongan untuk mandiri atas dirinya sendiri.Â
Mereka kadang -- kadang lebih senang untuk mengurus dirinya sendiri daripada dilayani. Sayangnya ketidak percayaan orang tua kepada anak, sering membuat keinginan anak untuk mandiri menjadi terhambat.
Kemandirian yang diajarkan pada anak sejak dini akan membuat anak belajar berlatih mengatur waktu dan kegiatanya sendiri. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk mengenal dan mengembangkan kemandirian anak yaitu : (1) Mengetahui dasar orang tua memberikan pola asuh yang tepat dalam mengembangkan kemandirian di lingkungan keluarga, (2) Â Mengetahui penerapan pola asuh demokratis yang dilakukan orang tua di lingkungan keluarga, (3) Mengetahui perkembangan kemandirian anak usia dini melalui pola asuh yang tepat (4) Mengetahui faktor penghambat dan faktor pendukung perkembangan kemandirian anak usia dini melalui pola asuh yang diterapkan.
Secara umum kemandirian anak dapat dilihat dari tingkah laku. Kemandirian tidak selalu berbentuk fisik yang ditampilkan dalam tingkah laku, namun bisa juga dalam bentuk emosional dan sosialnya.
Mengajarkan anak menjadi pribadi mandiri memerlukan proses, tidak memanjakan mereka secara berlebihan dan membiarkan mereka bertanggungjawab atas perbuatannya merupakan hal yang perlu dilakukan jika kita ingin anak menjadi mandiri.
 Dalam memperoleh kemandirian baik secara social, emosi, maupun intelektual, anak harus diberikan kesempatan untuk bertanggungjawab terhadap apa yang dilakukannya.Â
Anak mandiri biasanya mampu mengatasi persoalan yang dihadapinya. Kemandirian sangat erat hubungannya dengan anak sebagai pribadi yang mempunyai konsep diri, penghargaan terhadap diri sendiri dan mengatur diri sendiri.
Menurut Komala (2015) pola asuh orang tua ada 3 yaitu otoriter, permisif dan demokratis. Dampak gaya pengasuhan orang tua akan berbeda terhadap kemandirian anak.Â
Melalui pengasuhan orang tua, terutama orang tua demokratis, anak diharapkan dapat mengembangkan kemandiriannya dengan baik. Pola pengasuhan demokratis sangat mendukung perkembangan kemandirian pada anak.Â
Anak yang sudah mandiri dan dapat memanfaatkan lingkungan untuk belajar, dapat membantu anak lain untuk belajar mandiri. Anak harus tahu apa saja yang dapat mereka lakukan dengan keberadaan lingkungan yang dapat dimanfaatkannya.Â
Dengan demikian, anak dapat mengidentifikasi lingkungan yang mana yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan anak yang pada akhirnya anak akan memiliki perilaku dan kemampuan  bertanggungjawab, dapat mengatasi masalah, mengendalikan emasi, mau berbagi serta empati terhadap orang lain
Sekolah Berkolaborasi Dengan Orang Tua Melatih Kemandirian
Guru harus membangun partnership atau hubungan kerjasama dengan orangtua anak dengan baik. Artinya sekolah dapat memahami kebutuhan orang tua terhadap anaknya. Sebaliknya orang tua juga memahami program pendidikan bagi anaknya. Guru perlu mengetahui seberapa besar pengetahuan orang tua terhadap perkembangan anaknya, tentang kurikulum dan fasilitas -- fasilitas yang mereka sediakan. Disamping itu, sekolah dapat membantu orang tua dengan cara mengadakan kerjasama dengan para professional lainnya, seperti, ahli gizi, psikologi, dan sejenisnya. Upaya guru dikatakan sukses apabila dari hasil kerjasama dengan para professional tersebut mampu kepercayaan diri orang tua dan memperluas wawasan tentang pendidikan anak.
Kerjasama antara guru dan orang tua akan berdampak baik bagi keberlangsungan pembelajaran anak, karena untuk mengoptimalkan tumbuh kembang anak tidak dapat dilakukan oleh satu pihak saja tetapi memerlukan kolaborasi dari keduanya. Jika pihak sekolah dapat terus mengembangkan dan menjalankan program kerjasama antara guru dan orang tua dengan baik dan rutin, maka manfaat dari kerjasama akan dirasakan oleh kedua pihak yang bekerjasama. Manfaat dari kerjasama itu bagi anak adalah meningkatkan pencapaian belajar dan mendorong hasil pendidikan yang positif, manfaat bagi orang tua yakni orang tua akan lebih memahami cara merangsang tumbuh kembang anak, serta manfaat bagi guru yaitu akan memudahkan merencanakan kegiatan pembelajaran yang sesuai dan tepat agar hasilnya maksimal bagi anak.
Kerjasama antara guru dan orang tua dilakukan agar tidak terjadinya perbedaan persepsi dalam mendidik, membimbing, dan mengasuh anak sehingga anak juga tidak menjadi bingung harus mengikuti ajaran yang mana. Sebab, jika antara guru dan orang tua memiliki cara yang berbeda-beda dalam mendidik, membimbing, dan mengasuh anak, maka akan terjadi ketidaksesuaian diantara keduanya yang menimbulkan kebingungan bagi anak dan berdampak pada tumbuh kembang anak yang menjadi tidak maksimal.
Guru dan orang tua pada hakekatnya mempunyai tujuan yang sama dalam pendidikan anak, yaitu mendidik, membimbing, membina serta memimpin anaknya menjadi pribadi yang dewasa. Seorang guru akan lebih bangga melihat peserta didiknya, ketika peserta didiknya tersebut memiliki prestasi. Dan demikian pula orang tua akan lebih bangga lagi ketika anaknya memiliki prestasi. Karena itu guru dan orang tua memiliki tujuan yang sama dalam mendidik. Untuk dapat mewujudkan harapan tersebut, tentunya harus ada kerjasama yang baik antara guru dan orang tua. Kerja sama yang baik antara guru dan orangtua sangat penting karena dua pihak inilah yang setiap hari berhadapan langsung dengan peserta didik. Jika kerja sama antara guru dan orang tua kurang, maka pendidikan tidak akan berjalan dengan baik bahkan pendidikan yang direncanakan tersebut tidak akan berhasil dengan baik. Kerjasama antara orang tua dan guru akan mendorong peserta didik untuk senantiasa melaksanakan tugasnya sebagai pelajar, yakni belajar dengan tekun dan bersemangat.
Selanjutnya, interaksi yang baik antara orang tua dan guru yang bernilai informasi tentang situasi dan kondisi setiap peserta didik, akan melahirkan suatu bentuk kerja sama yang dapat meningkatkan aktivitas belajar peserta didik baik di sekolah maupun di rumah. Hubungan kerja sama tersebut sangatlah penting. Sebab dengan adanya kerjasama tersebut orang tua dan guru dapat mengetahui kondisi peserta didik baik di lingkungan rumah maupun di lingkungan sekolah. Dalam hal ini guru dapat memperoleh informasi dari orang tua, bagaimana peserta didik tersebut ketika berada dirumah, apakah dirumah peserta didik mengulang pelajaran atau tidak dan sebagainya.
Orang tua dapat memperoleh informasi dari guru yaitu tentang bagaimana kemajuan peserta didik tersebut dalam belajar dan bagaimana sikap seorang peserta didik tersebut ketika dilingkungan sekolah. Namun, yang terjadi dalam prakteknya adalah ada sebahagian orang tua yang beranggapan bahwa setelah anak dimasukkan dalam lingkungan sekolah, maka tanggung jawab diserahkan oleh guru seutuhnya. Padahal hal tersebut adalah tindakan yang salah. Orangtua yang berhadapan langsung dengan peserta didik di rumah, memiliki peran yang tidak kalah penting bahkan jauh lebih besar dari guru. Sebagian besar waktu peserta didik habis di rumah bukan di sekolah. Di sekolah peserta didik belajar antara 6 hingga 7 jam sedangkan sisanya banyak dihabiskan di rumah. Oleh karena itu, sangat tidak pantas jika orang tua menyerahkan semua tanggung jawab kepada guru di sekolah. Padahal, waktu yang dimiliki guru untuk mendidik peserta didik di lingkungan sekolah sangat terbatas. Bahkan seorang guru dalam prakteknya dilingkungan sekolah harus memperhatikan banyak peserta didik. Tentunya hal ini tidaklah mungkin dilakukan jika orang tua menyerahkan semuanya tentang kemajuan peserta didik ditangan guru seutuhnya. Dan sangat tidak mungkin jika guru hanya memperhatikan satu peserta didik saja. Contonya adalah, guru bahasa Indonesia mengajarkan baca tulis kepada seorang peserta didik dilingkungan sekolah, tentunya seorang peserta didik tersebut tidak akan dapat lancer membaca dalam waktu singkat tanpa bantuan orang tuanya yang mengajarinya dirumah, dengan cara mengajaknya mengulang pelajaran sekolah dirumah.
Contoh lain lagi adalah guru bidang studi Pendidikan Agama Islam (PAI) setiap masuk ke kelas mengajak peserta didiknya salat dhuhur di sekolah. Guru juga berpesan pada peserta didik untuk salat ketika di rumah. Namun, ternyata orangtua tidak melanjutkan untuk mengajak anak salat. Hal ini tentunya membuat anak tidak disiplin dalam beribadah salat hingga akhirnya salat hanya menjadi teori pelajaran bagi anak di sekolah. Contoh di atas tersebut membuktikan kepada kita bahwa kerjasama antara orang tua dan guru sangatlah penting. Guru di sekolah mendidik dengan sepenuh hati, demikian pula orang tua sepenuh hati mendidik anaknya di rumah. Sudah bukan zamannya lagi jika orangtua berkata menyerahkan tugas dan tanggungjawab ppendidikan anaknya kepada guru. Dan berharap guru dapat menjadikan anaknya pintar dan berakhlak mulia namun orang tua tidak turut ikut campur tangan mendidik anaknya.
Orang tua memiliki tugas dan tanggung jawab terhadap anaknya bukan saja hanya menyiapkan makan, pakaian dan tempat tinggal. Namun lebih dari itu, orangtualah yang sesungguhnya menjadi pendidik utama bagi anak-anaknya. Hal inilah yang belum disadari oleh sebagian besar masyarakat. Karena itu, tentu akan lebih baik jika guru rutin mengadakan pertemuan dengan orangtua peserta didik untuk melakukan konsultasi terhadap kemajuan dan masalah yang di hadapi oleh anak tersebut.
Dalam kegiatan konsultasi tersebut, orangtua yang satu dengan yang lain bisa saling bertukar cerita atau masalah yang dihadapi anaknya masing-masing. Saling memberi masukan dan mencari pemecahan masalah bersama. Guru juga bisa menyampaikan hal-hal baru yang harus dilakukan orangtuanya di rumah saat mendampingi anak-anaknya. Bahkan, sangat baik jika sekolah memfasilitasi setiap kali pertemuan guru dan orang tua, didatangkan pembicara yang merupakan ahli dalam pendidikan. Pengetahuan orangtua peserta didik dalam mendidik anak akan bertambah. Pendidikan pada peserta didik akan membuahkan hasil lebih baik.Karena itu, Guru dan orangtua sebenarnya sama-sama memiliki kewajiban untuk menyukseskan belajar peserta didik. Untuk itu, baik guru maupun orangtua harus sama-sama aktif mempererat kerja sama di antara keduanya. jika kerja sama antara orangtua orang tua dapat terjalin dengan baik, maka sedikit demi sedikit pendidikan di Indonesia akan semakin memiliki kualitas yang baik dan tujuan pembelajaran yang direncanakan dapat tercapai dengan optimal.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H