Mohon tunggu...
ANIK TWIN
ANIK TWIN Mohon Tunggu... Guru - Guru SD dan Pengelola PAUD

membuka cakrawala dengan budaya literasi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hubungan Budaya Literasi dan Keterampilan Berpikir Kritis

13 April 2018   00:55 Diperbarui: 13 April 2018   01:06 6309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi membaca buku. (Foto: robarmstrong2/Pixabay)

Kegiatan literasi dikembangkan dengan meningkatkan kemampuan literasi mata pelajaran dengan menggunakan buku pengayaan dan strategi membaca disemua mata pelajaran dengan tahap -- tahap : pembiasaan, pengembangan dan pembelajaran. Tahap pembiasaan ini dapat dilakukan dengan kegiatan membaca 15 menit sebelum pelajaran dimulai. 

Tahap pengembangan dapat dilakukan dengan menyediakan beragam pengalaman membaca, kegiatan gemar membaca dan menulis, serta membaca buku pengayaan fiksi dan nonfiksi. Tahap pembelajaran dapat dilakukan dengan melaksanakan kegiatan literasi terpadu dengan menyesuaikan tema dan mata pelajaran.

Berpikir kritis merupakan salah satu out put yang diharapkan dari kegiatan membangun budaya literasi, dengan budaya literasi diharapkan meningkatkan keterampilan berpikir kritis peserta didik sehingga membentuk karakter peserta didik yang terampil dalam memecahkan masalah serta menganalisis segala bentuk informasi yang telah didapat dari apa yang telah mereka baca atau pelajari. 

Pembiasaan budaya baca menumbuhkan rasa ingin tahu peserta didik sehingga memunculkan permasalahan yang harus dipecahkan, sehingga menuntut peserta didik memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi juga, dan pada akhirnya peranan penting HOTS (Higher Order Thinking Skills)  sangat diperlukan.

Pembelajaran yang baik harus dijiwai oleh pembelajaran berbasis HOTS (Higher Order Thinking Skills),dengan demikian membentuk karakter peserta didik yang terampil berpikir kritis dan pada akhirnya berdampak positif terhadap kegiatan budaya literasi atau budaya baca. pembelajaran berbasis HOTS (Higher Order Thinking Skills)menuntut peserta didik aktif dalam pembelajaran, sehingga guru hanya bersifat sebagai fasilitator, Guru sebagai fasilitator maksudnya, guru menjembatani peserta didik disaat peserta didik menemukan kesulitan dalam memecahkan masalah yang mereka temukan. 

Dengan demikian dapat ditarik benang merah bahwa membangun budaya literasi dapat meningkatkan berpikir kritis peserta didik dan pada akhirnya merujuk pada pembelajaran berbasis HOTS (Higher Order Thinking Skills).Begitupun sebaliknya dengan keterampilan berpikir kritis berbasis HOTS (Higher Order Thinking Skills) dapat meningkatkan budaya baca pada peserta didik.

Dan diharapkan dalam implementasi kurikulum 2013, semua guru mampu mengintegrasikan kegiatan budaya literasi di dalam kegiatan pembelajarannya sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik yang pada akhirnya mempengaruhi efektifitas hasil belajar khususnya hasil belajar berbasis HOTS (Higher Order Thinking Skills).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun