Mohon tunggu...
ANIK TWIN
ANIK TWIN Mohon Tunggu... Guru - Guru SD dan Pengelola PAUD

membuka cakrawala dengan budaya literasi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hubungan Budaya Literasi dan Keterampilan Berpikir Kritis

13 April 2018   00:55 Diperbarui: 13 April 2018   01:06 6309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi membaca buku. (Foto: robarmstrong2/Pixabay)

Budaya Literasi

Jurnal Ilmiah Guru (2016:24) literasi didefinisikan sebagai kemampuan untuk membaca dan menulis. Kemampuan literasi juga berhubungan dengan pembiasaan dalam membaca dan mengapresiasi karya sastra. 

Literasi berkaitan dengan kemampuan berpikir dan belajar seumur hidup untuk bertahan hidup dalam lingkungan sosial dan budaya. Suherli Kusuma (2017:143) menyatakan bahwa literasi adalah (1) kemampuan baca-tulis atau kemelekwacanaan, (2) berdasarkan penggunaannya literasi berarti kemampuan integrasi antara menyimak, berbicara, membaca, menulis dan berpikir, (3) kemampuan siap untuk digunakan dalam menguasai gagasan baru atau cara mempelajarinya, (4) piranti kemampuan sebagai penunjang keberhasilannya dalam lingkungan akademik atau sosial, (5) kemampuan performansi seseorang akademisi dalam memahami wacana profesional. Dari dua pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa  kemampuan literasi adalah kemampuan membaca dan menulis yang mengarah pada kompetensi mampu mengkonseptualisasi hasil dari apa yang dibaca dan ditulis melalui lisan dan tulisan dengan disertai gagasan -- gagasan baru.

Keterampilan Bepikir Kritis

Menurut Cahyana dkk (2017:16) berpikir kritis merupakan sebuah proses yang terarah dan jelas yang digunakan dalam kegiatan mental seperti memecahkan masalah, mengambil keputusan, membujuk, menganalisis asumsi, dan melakukan penelitian ilmiah. Berpikir kritis adalah kemampuan untuk berpendapat dengan cara yang terorganisasi, kemampuan mengevaluasi secara sistematis bobot pendapat pribadi dan orang lain. Berpikir kritis dalam pembelajaran dilakukan oleh siswa yang mampu menjawab pertanyaan tentang bagaimana (how) dan mengapa (why) dengan menggunakan prinsip -- prinsip dan konsep -- konsep. 

Irawan dkk (2016:10) kemampuan berpikir kritis adalah kemampuan yang dimiliki seseorang dalam dalam menyelesaikan suatu persoalan secara efektif dengan argument yang dapat membantu seseorang untuk menganalisis, mengevaluasi, serta mengambil keputusan tentang apa yang diyakini atau dilakukan. Dari dua pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan berpikir kritis adalah keterampilan berpikir secara aktif menghimpun informasi, mengkonseptualisasi, menerapkan, menganalisis, mensintesis, dan/atau mengevaluasi informasi yang diperoleh atau dihasilkan dari pengamatan, pengalaman, refleksi, penalaran, atau komunikasi, sebagai panduan untuk keyakinan dan tindakan dalam menyelesaikan suatu permasalahan.

 HOTS (Higher Order Thinking Skills)

Dalam panduan teknis pembelajaran tematik terpadu kementerian dan kebudayaan menjelaskan bahwa guru harus melatihkan peserta didik berupa kemampuan atau keterampilan berpikir tingkat tinggi atau Higher Order Thinking Skills(HOTS) , dengan tujuan meningkatkan kemampuan peserta didik berpikir nalar untuk menjawab pertanyaan -- pertanyaan yang lebih rumit atau memecahkan suatu kasus masalah yang lebih rumit. 

Siswa lebih banyak belajar sendiri dan mengembangkan kekreatifitasan siswa dalam memecahkan masalah. Semakin tinggi keterlibatan siswa, maka  pengalaman belajar siswa semakin bermakna. Tantangan masa depan menuntut pembelajaran, khususnya pada pembelajaran yang mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi atau dikenal dengan Higher Order Thinking Skills(HOTS).

Berpikir tingkat tinggi merupakan kemampuan berpikir yang tidak sekedar mengingat (recall), menyatakan kembali (restate), atau merujuk tanpa melakukan pengolahan (recite). Berpikir tingkat tinggi berhubungan dengan critical thinking & problem solving.Critical thinking dapat dilatih berbasis pembelajaran di kelas. Critical problem solving mencakup : menganalisis situasi yang tidak familiar, mengevaluasi strategi pemecahan masalah dan menciptakan metode baru pemecahan masalah. Proses kognitif Bloom (Anderson & Kratwohhl, 2001) menyatakan Higher Order Thinking Skills(HOTS) melalui proses kognitif ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, evaluasi, dan kreasi.

Kegiatan literasi merupakan pusat dari pengembangan kegiatan yang terintegrasi dalam pembelajaran. Kegiatan literasi dikembangkan melalui keterampilan berpikir kritis peserta didik yang mengarah pada pembelajaran berbasis HOTS (Higher Order Thinking Skills).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun