Mohon tunggu...
Fiksiana Pilihan

Maryamah Karpov dan Sang Penyusun

21 Februari 2018   21:16 Diperbarui: 21 Februari 2018   21:30 687
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Hai!

Aku bukanlah seekor nerd(kutu buku) seperti yang kalian bayangkan; rela memuat sebuah resensi atau rangkuman yang menyertakan seluruh unsur instrinsik dan ekstrinsik didalmnya.

Untaian kata yang kawan baca saat ini adalah semata terangkai karena sebuah dorongan dari seseorang yang sangat diagungkan dan dimuliakan dalam pelajaran Bahasa Indonesia, ya betul sekali, guru Bahasa Indonesia.

Kali ini yang akan kutorehkan berasal dari sebuah novel tetralogy. Bertuliskan "Maryamah Karpov" disampul depannya---garapan Andrea Hirata.

Sudah pernahkah kawan menonton film yang bertajuk "Laskar Pelangi"? atau mengenal kata didepan sampul novel dengan tajuk "Sang Pemimpi "maupun "Edensor"?Aku merekomendasikan buku-buku tersebut kepada pembaca. Bertemakan sebuah petualangan hidup yang sangat menyenangkan untuk dibaca. Mengisahkan berbagai pengalaman hidup; bermula  ketika sang tokoh mengejar ilmu dan berjuang di negeri kolam susu ini hingga pergi ke sebuah negara yang terkenal dengan "ke-romantisan-nya" dan menyelesaikan studi-nya disana. Bagi-ku ini sudah cukup untuk memberi bukti bahwa buku tetralogy ini mengisahkan tentang sebuah petulangan.

 Terlebih pada buku Maryamah karpovyang kebanyakan membahas hal-hal pasca kembalinya "Sang Tokoh Utama" menyelesaikan studi-nya di negeri romantis itu.

Diperankan oleh seorang tokoh yang berambut keriting yang bisa diraba dari ucapan LaPlagia yang tertulis pada mozaik4. "Aku masuk dan menghampiri kursi. Belum sampai aku ke kursi itu, LaPlagia meletup, "Woodward, pernahkah kaubayangkan bidang kita ini akan dimasuki makhluk keriting model begini?" Tokoh berambut keriting ini bernama Ikal tergambar dari salah satu petikan "Terima kasih, Ikal," ujarnya terharu sembari ingin menyembahku.Sang penulis---Andrea Hirata---menggambarkan perwatakan tokoh dengan sangat menyenangkan, humble, pekerja keras dan sayang keluarga; ayah,ibu, dan Arai sepupunya.

"Lain waktu ia membual pernah disalami Rhoma Irama. Ahai, mana mungkin? Kalau Kak Rhoma pernah ke Tanjong Pandan, aku pasti tahu!"Cuplikan dialog tersebut turut menjadi salah satu penggelitik perutku, hampir aku dianggap seperti orang gila oleh teman-temanku karena sering terkekeh sendiri membaca kumpulan ucapan dan kalimat yang sedikit melenceng dari jalur "keseriusaan" dan "kenormalan."

"Wajah ayahku tak enak dan menceng-menceng, artinya: sudahlah Bujang, jangan ribut soal begitu"Tak hanya guyonan-guyonan yang menggelitik, ada juga berbagai kalimat-kalimat bijak yang dikeluarkan oleh ayah Ikal. Melihat dari beberapa kalimat yang telah kusediakan, kawan punpasti dapat menyimpulkan bahwa novel ini memiliki sudut pandang orang pertama pelaku utama. Dengan adanya "aku" sebagai pelaku dalam setiap kejadian yang ada.

"Orang Melayu amat asosiatif dan metaforik, penuh perlambang dan perumpamaan"Perkataan ayah Ikal yang telah terurai melalui raut wajahnya pun telah menggambarkan bagaimana orang Melayu banyak menggunakan sebuah perlambangan di dalam sebuah pembicaraan. "Metaforiknya orang Melayu dapat pula dilihat dari julukan pada kelompok obsesif" Tak hanya dalam sebuah pembicaraan, bahkan petikan buku ini juga menjelaskan bahwa penggunaan kata-kata kiasan juga tergambar dari julukan-julukan yang diberikan orang-orang kampung Pulau Belitong kepada sesamanya. Mulai dari Marhaban Hormat Grak, Mursyidin 363, hingga Kamsir Si Buta dari Gua Hantu pun ada didalamnya. Penggambaran jenis tata Bahasa yang dilukiskan melalui tokoh-tokoh sampingan dan tokoh utama juga merupakan cerminan diri sang penulis, Andrea Hirata, dalam penggunaan majas dan diksi yang sangat memikat hati serta menarik.

Perjuangan yang dilakukan oleh Ikalsang tokoh utamasungguh memaku pembaca untuk duduk dan terdiam dihadapan lembaran-lembaran kertas yang ditulisi oleh tinta hitam hasil mesin pencetak handal alias printer.Mimpi untuk mencapai pendidikan setinggi-tingginya demi mengangkat derajat ayahnya, telah diemban Ikal sejak kecil, ketika ayahnya gagal mendapatkan sebuah kenaikan pangkat dalam pabrik Timah yang terletak di kampungnya kala itu. Lalu, disusul dengan keberhasilannya dalam penyelesaian thesisuntuk strata 2 di Prancis (Pasti Ayah ingin mengucapkan selamat padaku karena telah menyelesaikan kuliah tepat waktu, atau menanyakan pengalamanku di Prancis.), dan setelah lulus ia berbalik lagi ke kampung tercintanya, Pulau Belitong, untuk bertemu keluarga yang ia sangat sayangi serta kembali menemui wanita yang telah lama didambakan oleh sang tokoh utama, A Ling namanya.

Sang penulis juga menceritaakan beberapa kejadian konyol yang dialami Ikal pasca ia balik ke kampunya itu. Salah satunya ialah ketika mengantarkan Arai, sepupunya, ke Bandara yang terletak di Tanjong Pandan untuk menemui calon kekasihnya (...sisanya mungkin akan ia tumpahkan di Bandara di Tanjong Pandan nanti.  Kucoba.) Bernama Zakiah. Kejadian yang berlangsung sangatlah menggelitik perut apabila pembaca dapat meng-interpretasikan-nya dalam ruang imajinasi mereka. Diliputi kisah yang sangat romantis hingga berakhir dengan kisah tragis dalam romansa percintaan Ikal, membuat alur novel ini sangat mengalir.

Perlahan-lahan pembaca dibawa menuju suasana yang menyenangkan, perlahan-lahan pula dibawanya ke suasana memilukan. Sedikit-sedikit pembaca seperti dibawanya melintasi suasana menggelikan sedikit-sedikit pula dibawanya pada suasana keseriusan. Alur yang sangat indah, mengalir maju seperti aliran air yang terbawa arus menuju kedepan dan tak pernah dibawanya kembali.

Sebuah pencerahan kudapat dari novel ini, tak lain dan tak  bukan, yaitu sebuah kerja keras dan usaha yang dibutuhkan dalam setiap kesuksesan. Juga tak lupa diiringi doa serta restu kedua orang tua yang selalu mengatarkan kita pada puncak kejayaan mereka. Tak perlulah melawan restu orang tua dan membuat merka dan kita sendiri tidak menjdi bahagia.

Memang Sang Penulis sangatlah cerdik dalam pembawaan sastra indahya kealam bentuk novel bernamakan Maryamah Karpov ini. Dengan latar belakang-nya yang terlahir di daerah Gantong, Belitung yang sudah jelas dikelilingi oleh masyarakat berumpun Melayu, Tionghoa, dan Sawang ini, ia jadi sangat lihai dalam penggambaran watak dan pola bahasa masyarakat sehari-hari yang jelas dituangkannya dalam novel tetralogy-nya.

Ia juga terlahir dari keluarga miskin, namun pekerja keras. Tokoh utama yang digambarkannya merupakan sosok cerminan dirinya sendiri yang tak pernah mengeluh dan selalu berjuang untuk keluarganya. Tangguh seperti ayahnya dan penuh cinta seperti ibunya. Sang pengarang juga merupakan lulusan S2 dari University of Parisdan ia juga melanjutkannya di Sheffield Hallam Universitydi Inggris. Pendidikan Sang Penulis yang sangat tinggi itu di raihnya melalui beasiswa yang diberikan oleh European Union.

Demikianlah rangkuman indah yang telah kubuat berdasarkan novel Maryamah Karpovdan aku juga menyisipkan berbagai unsir intrinsik serta ekstrinsik dalam sebuah alur paragraph menawan diatas. TERIMAKASIH.

 Salam manis,

ECN-

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun