Mohon tunggu...
Humaniora

Jebakan Akreditasi Perguruan Tinggi

11 Februari 2016   11:19 Diperbarui: 11 Februari 2016   11:35 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Apakah nilai akreditasi menjamin mutu perguruan tinggi? Jawaban atas pertanyaan tersebut sangat tergantung kepada siapa yang bertanya dan bagaimana ia memberikan bobot kepentingan dari berbagai aspek dalam penentuan kualitas perguruan tinggi. Bagi Menteri Riset dan Teknologi yang membawahi pembinaan perguruan-perguruan tinggi di Indonesia saat ini, tentu nilai akreditasi menjadi penting karena nilai tersebut menggambarkan kualitas akademik dan penelitian di sebuah kampus. Bobot terbesar dari sistem akreditasi (dan sistem ranking yang digunakan Menristek) untuk menilai PT ditempatkan pada jumlah publikasi hasil penelitian. Secara keilmuan, memang hal ini penting karena akan mendorong Perguruan Tinggi (PT) menjalankan fungsinya sebagai lembaga yang menghasilkan kemajuan ilmu pengetahuan. Namun bagi para orang tua dan calon mahasiswa yang sedang memilih program studi dan PT, hal tersebut belum tentu relevan.

Sebuah PT tentu tidak hanya melakukan penelitian, tetapi juga melaksanakan pendidikan dan pengabdian masyarakat. Oleh karenanya, sistem akreditasi yang ada saat ini dilakukan oleh Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) tentu memiliki keterbatasan dalam memberikan penilaian yang berimbang untuk pemilihan program studi oleh orang tua dan calon mahasiswa, karena disusun oleh pihak-pihak yang memiliki perhatian besar pada aspek pengembangan ilmu, dan tidak hanya pada aspek kualitas lulusan.

Bagi orang tua dan calon mahasiswa yang sedang memilih perguruan tinggi dan program studi, maka ada banyak hal-hal lain yang sangat penting namun tidak dicakup oleh sistem penilaian akreditasi saat ini. Berikut ini adalah beberapa hal yang TIDAK TERCAKUP DALAM AKREDITASI tetapi memiliki pengaruh sangat besar terhadap masa depan lulusan dari sebuah perguruan tinggi.

 

1.       Kesesuaian visi misi PT dengan sistem nilai orang tua dan mahasiswa. Kampus yang dikenal fokus pada prestasi akademik cenderung menghasilkan lulusan yang kuat dalam hal akademik tetapi beresiko kurang memiliki skill praktis dan kemampuan sosial dalam masyarakat, serta wawasan akan profesi, karir dan bisnis. Sebaliknya PT yang memilki pendekatan holistik mencakup hal kompetensi akademik, kompetensi praktis, pengembangan karakter, life skills dan bahkan aspek spiritualitas akan menghasilkan lulusan yang lebih well rounded (berimbang) dan lebih siap terjun di masyarakat. Para orang tua dan calon mahasiswa sangat perlu memperhatikan hal ini karena sistem nilai yang dibentuk pada masa kuliah cenderung terbawa seumur hidup.

 

2.       Budaya kampus. Nilai-nilai seseorang dibentuk di PT. Suasana yang arogan (misalnya ditunjukkan melalui program orientasi mahasiswa) beresiko menghasilkan lulusan yang sombong, sulit bekerja sama, dan kurang loyal. Sebaliknya, suasana di mana para dosen bersikap profesional dan tidak arogan cenderung menghasilkan lulusan yang lebih siap memasuki dunia karir dengan kemampuan bekerjasama yang tinggi. Kampus yang bersih menunjukkan perhatian pada pembentukan sikap berbudaya yang tinggi. Disiplin kampus yang tinggi juga akan menghasilkan lulusan yang memiliki tingkat disiplin yang tinggi pula. Hal-hal penting semacam ini tidak secara langsung tercakup dalam poin akreditasi.

 

3.       Kesesuaian minat, kemampuan calon mahasiswa dan prospek karir dari program studi pilihan. Pilihlah program yang sesuai dengan minat dan kemampuan calon mahasiswa. Jangan memaksakan calon mahasiswa menempuh studi yang di luar kemampuannya karena pada akhirnya mereka cenderung gagal dan akan merugikan semua pihak. Yang ideal adalah minat seorang calon mahasiswa sesuai dengan kemampuannya dan memiliki prospek karir yang cukup luas. Hal ini tidak secara langsung dicakup dalam akreditasi.

 

4.       Reputasi lulusan. Sebelum memilih PT, orang tua dan calon mahasiswa sangat perlu memperhatikan apakah lulusan sebuah PT dapat dipercaya oleh perusahaan-perusahaan besar? Biasanya perusahaan-perusahaan besar, apalagi perusahaan multinasional memiliki standar yang tinggi dalam menyeleksi karyawan. Apakah para lulusan tersebut juga berhasil mandiri (membuka lapangan kerja) sebagai wirausaha? Apakah lulusan sebuah PT punya daya saing secara global dan mampu bekerja sesuai bidangnya di luar negeri?

 

5.       Biaya kuliah. Sistem akreditasi yang ada saat ini memberikan poin akreditasi yang tinggi apabila sebuah PT atau program studi memiliki persentase anggaran yang cukup besar untuk penelitian. Sekali lagi, mungkin sebagian orang tua dan mahasiswa akan lebih memilih fasilitas yang baik dan memadai dibanding dengan jumlah publikasi hasil penelitian yang di jurnal ilmiah. Orang tua dan calon mahasiswa perlu memperhatikan apakah biaya kuliah cukup terjangkau dan sesuai dengan fasilitas yang akan diperoleh mahasiswa.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun