Mohon tunggu...
Twenty Ages
Twenty Ages Mohon Tunggu... Guru - pingn nulis terus

tegal

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bagaimana Bisa

9 Maret 2024   22:13 Diperbarui: 9 Maret 2024   22:16 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Awwwww, hey kenapa berhenti mendadak hiyaaaaa akhh". gerutuku dengan memegang kening.

"Aku menyukai Dika, lupakan semua ucapanku tentang Dika yang selama ini keluar dari mulutku, itu kebohongan. Bohong ketika aku bilang aku tidak menyukai Dika karena dia bukan tipeku, bohong ketika ku bilang Dika adalah orang yang tidak menyenangkan. Bohong ketika aku senang melihat kedekatan kalian. Nesti, aku menyukai Dika. Aku menyukai orang yang selalu menunggumu di depan kelas untuk mengantarmu pulang, aku menyukai orang yang membelikanmu ikat rambut yang hari ini kau pakai, aku menyukai orang yang selalu menceritakan apa yang dirasakannya padamu". Ucap Dira.

Aku hanya bisa mematung ketika Dira menyampaikan itu tanpa jeda dan dalam satu tarikan nafas persisi orang menyampaikan ijab kobul, aku berfikir sepertinya dia sudah menyiapkan narasi ini semalam, tapi bagaimana dia tau kalau aku akan mengenakan ikat rambut yang di belikan Dika dan dari mana dia tau kalau ikat rambut yang aku pakai adalah pemberian Dika. Mataku masih memandang Dira tanpa berkedip, mulutku setengah melongo mendengar ucapannya, pikiranku masih mencoba untuk memahami apa yang diucapkannya. Jadi selama ini dia berbohong ketika dia pernah mengatakan dia tak menyukai Dika, dengan candaannya dia bilang "his not my type". Bohong ketika dia mengatakan tidak akan mudah terbawa perasaan dengan perlakuan baik Dika, karena itu ciri-ciri playboy. Diamku terpecahkan karena bunyi bel yang meraung kencang memekakan telinga semua siswa di sekolah ini, dan aku baru sadar, Dira masih menungguku, menunggu responku tepatnya.

"Yuk, masuk kelas". Ucapku sembari menarik tangannya.

 Empat jam pelajaran berlalu waktunya pulang, dan seperti biasa Dika akan menungguku di depan kelas. Tidak ada yang berubah sama sekali, dia masih seperti hari kemarin dan aku hanya senyum-senyum melihatnya. Kita melewati kelas Dira, ku lambaikan tanganku ketika Dira berdiri di depan kelas dan melihat kami berjalan menuju parkiran.

Setibanya di depan rumah, dengan tangan masih membereskan rambutku yang berantakan akibat beradu dengan angin kutanyakan pada mas Dika.

"Mas, kenapa kamu ga cerita kalo Dira bilang suka sama kamu" Ucapku pada Dika.

"Lah itu ga penting, fokus kita saat ini harus belajar bukan  fokus ke perasaan orang lain atau cinta-cintaan. Masih bocah kita ini, ga sah sibuk mikirin gituan. Anggap itu intermezo yang membuat pipi kita merona, diri kita bangga ternyata kita dikagumi diam-diam meskipun sebelumnya dia mengatakan tidak menyukaiku di depanmu". Yaudah, pamitkan Mamah Mas langsung pulang.

" Yachhh, Ga mampir dulu". cegahku

"Besok aja, bilang mamah besok aku ingin melon dan bakso" jawabnya sambil cengengesan

"Aku jawab apa besok sama Dira". gerutuku

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun