Mohon tunggu...
Mas Titus
Mas Titus Mohon Tunggu... karyawan swasta -

An eagle-scorpion, a provocative mystic, and a happy single-living magnet

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Perbedaan Nubuat, Ramalan, & Analisa

7 Agustus 2011   03:12 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:01 1331
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Banyak yang masih rancu dalam membedakan antara 3 (tiga) hal : Nubuat, Ramalan, dan Analisis Nubuat. Ketiganya sekilas nampak mirip karena sama-sama berbicara tentang masa depan, tapi sejatinya adalah 3 hal yg sangat berbeda. Nubuat atau jongko adalah sesuatu yg pasti terjadi atas ijin Allah. Ada 2 (dua) jenis nubuat, yaitu nubuat yang terdapat dalam kitab suci dan nubuat yang tidak dituliskan di kitab suci, berupa wahyu yang disampaikan oleh Allah pada para utusan Tuhan dan waliuallah. Contoh nubuat yang bukan kitab suci adalah nubuat yang terdapat pada hadits. Sedangkan meramal adalah  kegiatan memprediksikan masa depan  berdasarkan pola sebuah perilaku, tanda-tanda dan fenomena tertentu. Termasuk dalam kegiatan meramal adalah menggambarkan masa depan atau mengabarkan hal-hal gaib berdasar wangsit. Yang terakhir ini biasanya tak bisa dituliskan runtutannya. Nah, berbeda dengan ramalan, analisis nubuat adalah melakukan kajian atas nubuat yang sudah ada,meliputi  olah tafsir dan atau olah hitung atas konten nubuat. Analisis nubuat dengan jelas dapat dijabarkan runtutan proses pikir dan asumsi-asumsinya. Jadi analisis nubuat berbeda dengan ramalan. Akurasi hasil analisis bergantung pada ketepatan interpretasi atas nubuat (disebut tafsir nubuat) serta bergantung pada akurasi perhitungan. Kegiatan ini menggunakan berbagai analyical tools, termasuk di dalamnya etimologi serta gatologi, sah digunakan. Jadi, jangan menyebut ikhtiar Harold Camping tentang kiamat yang meleset 21 Mei 2011 lalu sebagai nubuat dan ramalan, jelas-jelas dia bukan nabi dan bukan peramal. Itu hanya sebuah analisa. Mengapa meleset? Bisa jadi karena keliru tafsir, kurang cermat dalam menghitung, dan lain-lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun