KAJIAN DNA SUKU INDIAN VS SUKU DAYAK
Uji DNA terhadap fosil tulang-tulang manusia di wilayah Amazona menemukan bahwa suku Indian mempunyai DNA yang sama dengan ras Polynesia. Suku Dayak juga mempunyai DNA Polynesia, selain kesamaan-kesamaan kultur lainnya. Antara lain dari penggunaan bulu burung besar yang mereka kenakan di kepala, menghiasi wajah dengan coretan di wajah dan lain sebagainya ketika melaksanakan pertunjukan adat maupun kesenian.
Temuan ini menjadi pertanyaan besar, bagaimana suku indian amerika mempunyai DNA yang sama dengan ras polynesia yang berlokasi sangat jauh, bagaimana cara mereka bermigrasi? Apakah mereka benar-benar bermigrasi ataukah dulu mereka sama-sama mendiami sebuah benua besar yang tenggelam?
Referensi:
Polynesian DNA found in old Native American bones
http://firstlook.pnas.org/polynesian-dna-found-in-ancient-native-american-bones/
Migrasi akibat banjir besar yang melanda peninsula "SundaLand" diyakini hingga kini, adalah jawaban yang paling masuk akal untuk menjelaskannya. Dahulu, wilayah Sundaland menyatu dengan benua asia hingga Borneo, Sumatra, dan Jawa, sebelum banjir menenggelamkannya dan menjadikannya ribuan pulau-pulau kecil di samudra pasifik, sekitar 15,000 hingga 7,000 tahun yang lalu.
Referensi :
Oppenheimer outlines how rising sea levels in three massive pulses caused flooding and the submergence of the Sunda Peninsula, creating the Java and South China Seas and the thousands of islands that make up Indonesia and the Philippines today.
http://en.m.wikipedia.org/wiki/Polynesian_culture
Perkiraan peta Polynesia (warna ungu):
LEMURIA
Referensi :http://dunia-sazali.blogspot.com/2008/01/lemuria-peradaban-yang-hilang-karena_1952.html
Para peneliti menempatkan era peradaban Lemuria disekitar periode 75.000 SM – 11.000 SM. Jika dilihat dari periode itu, Bangsa Atlantis dan Lemuria seharusnya pernah hidup bersama selama ribuan tahun lamanya. Gagasan Benua Lemuria terlebih dahulu eksis dibanding peradaban Atlantis dan Mesir Kuno dapat diperoleh penjelasannya dari sebuah karya Augustus Le Plongeon (1826-1908), seorang peneliti dan penulis pada abad ke -19 yang mengadakan penelitian terhadap situs-situs purbakala peninggalan Bangsa Maya di Yucata. Informasi tersebut diperoleh setelah keberhasilannya menerjemahkan beberapa lembaran catatan kuno peninggalan Bangsa Maya. Dari hasil terjemahan, diperoleh beberapa informasi yang menunjukkan hasil bahwa Bangsa Lemuria memang berusia lebih tua daripada peradaban nenek moyang mereka (Atlantis). Namun dikatakan juga, bahwa mereka pernah hidup dalam periode waktu yang sama, sebelum kemudian sebuah bencana gempa bumi dan air bah dashyat meluluh-lantahkan dan menenggelamkan kedua peradaban maju masa silam tersebut.
Hingga saat ini, letak dari Benua Lemuria pada masa silam masih menjadi sebuah kontroversi, namun berdasarkan bukti arkeologis dan beberapa teori yang dikemukakan oleh para peneliti, kemungkinan besar peradaban tersebut berlokasi di Samudera Pasifik (disekitar Indonesia sekarang). Banyak arkeolog mempercayai bahwa Easter Island atau Pulau Paskah yang misterius itu merupakan bagian dari Benua Lemuria. Hal ini jika dipandang dari ratusan patung batu kolosal yang mengitari pulau dan beberapa catatan kuno yang terukir pada beberapa artifak yang mengacu pada bekas-bekas peninggalan peradaban maju pada masa silam.