Seorang supir di tuntut degan pekerjaannya yang memakan waktu berhari hari dalam perjalanan, sehingga terkadang seorang supir harus rela meninggalkan istri dan anak-anaknya di rumah. Walaupun seperti itu seorang supir tidak lepas dari tanggungjawabnya terhadap keluarga, selalu setia dengan apa yang menjadi janji sewaktu melakukan ijab kabul dalam pernikahan.
Dalam wawancara saya kepada salah seorang supir pickup bapak agung botutihe, di kel liluwo, kec kota utara, kota gorontalo. "Beliau mengatakan beban dan ujian seorang supir itu berat, bukan hanya muatannya saja yang terasa berat tetapi beban kesetiaan dan rasa cinta terhadap istri dan anak-anak yang selalu harus di tanam dalam hati dan pikiran, sebab ujian kesetiaan selalu di uji di setiap perjalannya, contoh ketika bapak agung sedang melakukan pengantaran barang dari kota gorontalo menuju kota manado sulawesi utara".
"Siapa yang tidak mengetahui kota manado yang berada di sulawesi utara, ujian terberat saya adalah ketika kita menerima upah dari pengantaran barang ke penerima dan beristrihat untuk balik ke kota gorontalo, tiba-tiba saja teman sesama profesi datang menghampiri dan mengajak ke tempat-tempat prostitusi dan tempat-tempat karaoke, disinilah ujian terberatnya kata pak agung".
Disaat kita mempunyai penghasilan dan jauh dari keluarga, ada ada saja godaan yang menghampiri dan menguji kesestiaan kita kepada keluarga di rumah, untung saja saya selalu konsisten menjaga kepercayaan yang di berikan oleh istri dan anak saya kata dari pak agung. Sehingga saya bisa mengindari dan menjauh dari godaan ataupun ujian yang datang kepada saya, tambahan dari pak agung.
Dimata orang-orang memang profesi supir sudah tidak baik, karena presepsi orang-orang terhadap supir adalah dimana tempat persinggahan seorang supir, di situlah supir mempunyai istri ataupun seorang wanita penghibur, padahal tidak seperti itu, hanya saja ada oknum supir yang di dapati oleh istrinya sudah melakukan pernikahan di setiap tempat persinggahannya dan sudah menjadi konsumsi publik, sehingga orang-orang pemikiranya bahwa profesi supir ini sudah tidak baik, dan tidak bisa menjaga kesetiaan dan cinta terhadapa istri dan anak-anaknya kata pak agung dengan tegas.
"intinya, kita sebagai pekerja yang berprofesi sebagai supir entah itu supir pickup atau truk, yang pekerjaannya memakan waktu berhari-hari dalam perjalanannya harus tetap menjaga ketulusannya dan kecintaanya kepada istri dan anak yang berada di rumah yang rela di tinggalkan berhari-hari demi mendukung dan suport terhadap pekerjaan kita, apalgi istri di rumah selalu mendoakan kita agar bisa dalam keadaan selamat dalam menjalankan tugas sebagai seorang supir".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H