Ini sebuah diary, dalam situasi perkembangan perpustakaan yang kian hari bukan lagi menjadi tempat ramai, tempat terbentuknya interaksi baru mewujudkan ide-ide yang menarik untuk dikembangkan. Perpustakaan justru menjadi tempat yang jarang dikunjungi.
Sepi, seolah melintih dan berteriak untuk mendapat simpati, perlu perhatian, kosong, tanpa ada jiwa-jiwa yang terkumpul , bersorak dalam kegaduhan diskusi penuh warna. Yang paling sering hanya petugas pengelola, melangkah diantara deretan buku yang berjejer rapi, berbalut sampul plastik mengkilat.
Waaah kurang promosi nih. Nyeletuk sebuah saran juga mengatakan, perpustakaan sepi karena koleksinya lama, tidak ada yang baru, alias kurang up date. Kurang lengkap, katanya.
Padahal yang berkunjung ternyata tumben ke perpustakaan, dan itupun karena ada keperluan penting, tidak boleh copas lewat online, waduuuh bagaimana jadinya petugas perpustakaan kalau bertemu pemustaka seperti ini. Serba salah, bahkan melangkah saja bisa salah.
Gak ada koleksi digital ya ? waah pertanyannya meningkat. Levelnya beda ini. Diberikanlah link oleh petugas perpustakaan, silahkan akses informasi ebook lewat link, ini. Dengan penuh senyumnya petugas memberikan penjelasan singkat tentang cara menggunakan akses berupa link untuk membaca koleksi melalui fitur digital.
Tak berselang lama, muncul pertanyaan , ini tidak bisa di download, atau kesimpan di hp saya ya ?? dikasi tahu kembali, bisa download hanya untuk akses baca, bukan menyimpan. " oooh cuman begitu ya ? terus saya gak bisa baca dirumah dong ?? ditanya lagi itu petugas.
Petugasnya hanya senyum, dan dibilang lagi, akses baca memang melalui download dulu, tetapi downloadnya tidak disimpan pada perangkat anda, memang cara membuka dokumen yang penuh, langkah awalnya harus download full text, namanya.
Pengunjung itu menganggukkan kepala. Dan petugas kembali bertanya, apakah ada yang bisa saya bantu lagi, dia jawab cukup.
Naaah situasi ini menggambarkan bahwa, perpustakaan yang sejatinya telah berbenah ke arah digital, belum sepenuhnya akan dapat diterima dengan cepat. Namun akan ada baiknya, bagaimana menumbuhkan kebiasaan membaca dulu setiap hari.
Waktu yang cukup yaitu 15 menit setiap hari untuk membaca buku, setidaknya akan memberikan sebuah pandangan baru dalam jiwa, akan hadir aura baru dalam pemahaman sebuah informasi yang dapat dipahami lebih dalam melalui kegiatan atau aktivitas membaca.
Memang, membaca lewat akses digital akan lebih mudah dilakukan karena dapat diakses dimana saja dan kapanpun saja, yang penting ada jaringan internet maupun kuota internet dalam hp kita. Setidaknya ada akses free wifi lah.
Tetapi, perlu juga kita pahami bahwa , perpustakaan sejatinya sebagai tempat tumbuhnya interaksi sosial masyarakat melalui kegiatan berkunjung, lahirnya ide baru lewat diskusi antar pemustaka. Ini yang mungkin perlu mendapat perhatian untuk saat ini sebelum, nantinya benar-benar digital.
Akan tetapi, tidak semua hal sepertinya bisa di digitalisasi begitu saja. Untuk itu coba latih kebiasaan membaca menjadi sebuah kebutuhan, sebelum memanfaatkan layanan digital untuk mendapat kebermanfaatan lebih lanjut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H