Mohon tunggu...
Tu Yuda
Tu Yuda Mohon Tunggu... Petani - Belajar adalah sebuah proses perjalanan

ijinkan saya untuk belajar dan jangan lupa dipandu demi kebaikan bersama

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Mengenal Teori "Enneagram" tentang Pola Asuh Anak

23 September 2022   20:28 Diperbarui: 24 September 2022   16:13 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: planomoms.com

Kata ini terdengar ketika saya berjumpa dengan para guru dan orang tua siswa di sekolah, ingin sekali bertanya soal apa yang dinamakan Enneagram, namun celah bertanya itu sempit karena waktu juga yang singkat untuk kami berkumpul, sementara pikiran ini semakin menjadi- jadi dan bertanya apakah maksud dan makna kata yang disebutkan tadi.

Cukup lama bagi saya menyimpan pertanyaan soal istilah ini. Hingga pada akhirnya saya dapat mengumpulkan beberapa informasi soal enneagram, dan ternyata itu berkaitan dengan pola asuh sebagai orang tua terhadap anak.

Memberikan pola asuh yang baik terhadap anak, sudah tentu menjadi idaman para orangtua agar kelak sang generasi menjadi anak yang tumbuh dan tentunya dapat memberikan kebaikan terhadap sesama dalam kehidupan.

Namun mengawali peran sebagai orangtua, tentu tidak semudah yang kita bayangkan. Begitu banyak keinginan yang sifatnya positif menjadi bayang- bayang dalam membina keluarga, lebih tepatnya memberikan pola asuh yang baik pada buah hati kita.

Menurut sejarahnya, enneagram itu berasal dari timur tengah, yang artinya sebuah gambar dengan sembilan titik menggambarkan kepribadian, dimana kata Enneagram dibaca Eni-e-grem. Seiring berjalannya waktu Oscar Ichazo dan Claudio mengadaptasikan istilah ini sebagai suatu Tipologi Kepribadian.

Dalam teori ini juga disebutkan bahwa  masing- masing individu memiliki unsur 9 titik yang telah digambarkan dalam teori ini, namun dengan tipe- tipe kepribadian yang berbeda tentunya. Terhadap penerapannya sebagai bentuk pola asuh terhadap anak, Enneagram digambarkan sebagai 9 bentuk perilaku yang kerap timbul dalam tahap tumbuh kembang anak.

Pembagian tersebut terdiri dari ;
Perilaku yang Perfeksionis yang digambar sebagai individu dengan kecendrungan memiliki keinginan dalam posisi yang selalu benar.

Kemudian Tipe Penolong, perilaku ini dapat kita lihat dari kebiasaan anak yang senantiasa memiliki jiwa atau kepribadian menaruh simpati yang besar terhadap sesamanya. Suka menolong.

Pengejar prestasi menempati posisi ke 3 dalam gambaran Enneagram, dimana tipe ini meruoakan bentuk Pengejar Prestasi, dimana perilaku ini cendrung memiliki keinginan senatisa tampil lebih baik dari siapapun.

Perilaku selanjutnya adalah Tipe Romantis, digambarkan bahwa tipe ini lebih fokus terhadap perasaan, memiliki kepedulian yang besar , dan tidak ingin melihat orang di sekelilingnya menderita.

Yang ke 5 yaitu kepribadian sebagai Pengamat, dimana perilaku ini berperan selalu mendorong keingin tahuan atau rasa ingin tahu nya besar dan senantiasa ingin memahami segala yang diinginkan.

Disusul kemudian oleh Tipe Pencemas dengan gambaran kepribadian yang selalu menempatkan dirinya dalam posisi aman, sedikit cuek namun tetap memprioritaskan yang menjadi tujauannya, tanpa harus melibatkan seseorang.

Memiliki keinginan terhadap sesuatu yang baru dan menyenangkan , merupakan salah satu titik yang digambarkan dalam teori Enneagram sebagai Tipe Petualang.

Dilanjutkan oleh semangat dan jarang mengeluhkan kegagalan, senantiasa mencari sebuah solusi dari permasalahan, dengan Tipe yang digolong sebagai Pejuang Tangguh.

Dari 8 Tipe yang sudah diuraikan, terisisa 1 Tipe keperibadian yang tak luput dari putaran teori ini yaitu Pendamai. Dalam kenyataannya, mereka yang tergolong atau memiliki perilaku seperti ini, yaitu ingin mencapai titik kepuasan diri dengan tetap menghindari adanya konflik dalam meraih tujuannya.

Setiap titik yang digambarkan dalam teori ini, sejatinya adalah mengajarkan kita untuk dapat memantau perkembangan buah hati , namun jangan sampai kita memberi label khusus pada anak yang justru membuat situasi dalam mempelajari tumbuh kembang anak akan terbalik oleh karena adanya embel- embel yang berakibat adanya rasa terpaksa untuk menjadi sesuatu yang bukan bagian dari keperibadiannya.

Teori ini juga dapat berlaku untuk orangtua dalam memberikan pola asuh yang benar berdasarkan tipe keperibadian kita yang dapat dilihat dari gambaran tipe keperibadian dalam urian di atas.

Intinya adalah, bagaimana baiknya kita sebagai orangtua dalam memberikan waktu, kesempatan, menciptakan peluang dan membuka kerjasama seluas- luasnya dengan anak, guna tercapainya generasi emas dan memiliki jiwa kebermanfaatan dalam menjalani roda kehidupan.

Semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun