Belahan jiwaku yang kedua " Sawah "
Barang kali ada yang bertanya soal judul artikel ini. Apa maksudnya menyebut sawah menjadi bwlahan jiwa yang ke 2, sementara selama ini menyebut belahan jiwa tiada lain tentang ikatan sebuah rasa penuh cinta dan kasih sayang.
Ini saya gambarkan semacam cinta, namun cinta ini khusus untuk sawah yang telah memberikan harapan kala rasa lelah selama musim tanam hingga tiba panen padi dengan hasil yang baik.
Hampir seharian penuh jari ini tak dapat menyentuh layar kesayangan yang memanjakan hati untuk menumpahkan syukur lewat menulis. Pekerjaan petani terkadang masih menimbulkan beragam nilai, apalagi mengatakan malu untuk menjadi petani. Syukurnya rasa itu telah berganti dengan hati yang tulus dalam hati.
90 hari sudah berlalu bagaimana memulai musim tanam benih dengan menggantungkan harapan agar kelak hasil yang diterima dapat mencukupi kebutuhan hidup. Benih- benih berganti menjadi bibit yang terpilih telah tertanam pada hamparan lumpur sawah penuh impian.
Bersama sahabat petani yang selalu menyambut suka dalam menikmati setiap proses pemeliharaan padi, merupakan sebuah obat penenang jiwa agar semakin pulih dan semangat menjalani pekerjaan yang kita geluti.
Bertani bisa jadi bagian pilihan, tapi bukan soal memilih.
Sebab saat ini semakin sedikit para generasi untuk mau menjalani pekerjaan sebagai petani. Akan tetapi bagi saya, pekerjaan ini adalah sebuah panggilan jiwa, bahwa makna belahan jiwa terselip indah dalam kaitannya menjalani pekerjaan apapun itu.
Seperti menjadi petani, belahan jiwa yang sesungguhnya adalah sawah sebagai media untuk mencurahkan usaha hingga menuai sebuah hasil. Sawah memberikan kesempatan untuk kita olah sebaik mungkin.
Menanamkan kepercayaan diri bahwa memulai ini semua perlu ketekunan dan menggantungkan harapan kepada alam agar padi tidak terserang oleh hama ataupun gagal panen karena cuaca .
Cinta terbesar seorang petani untuk sawah layaknya menjaga sebuah keseimbangan hubungan untuk menuju sebuah pencapaian yaitu rasa  berkecukupan yang mendalam. Sebab selama proses pemeliharaan padi, berbagai kendala akan siap tidak siap harus dijalani. Seperti kekurangan air, diserang hama atau virus tanaman.
Ini sebuah ujian yang membutuhkan kekuatan yang kami sebut  keutuhan jiwa dalam menjalani pekerjaan sebagai petani. Sebab tidak akan ada lautan tanpa ombak, begitu juga perbukitan tanpa semak belukar.
Petani akan menjadikan sawah sebagai rumah kedua dan belahan jiwanya demi mendapatkan hasil panen yang tercukupkan oleh jerih payah selama menanti panen tiba . Apa yang menjadi keyakinan saya menikmati pekerjaan sebagai petani ?
Jika saya malu, untuk apa saya jujur.
Salam :).
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI