Sahabat kompasiana, tentu masih ingat dengan salah satu permainan anak- anak tahun 80an atau mungkin lebih awal dari itu. Apalagi bagi sahabat yang tinggal di pedesaan tentu sudah tak asing lagi pastinya.Â
Kali ini, saya mencoba untuk mengajak sahabat bernostalgia, tentang serunya bermain karakter melalui bayangan.Â
Kegiatan ini tentu sangat mengasyikkan, disamping melatih kita untuk berani tampil berbicara melalui sebuah cerita, juga dapat membangkitkan imajinasi melalui bentuk bayangan karakter yang diinginkan.Â
Bermodal sebuah tembok sebagai latar belakang, serta bantuan cahaya seperti senter atau lilin, kita dapat mencurahkan sebuah ekspresi kedalam cerita lengkap dengan visual hanya menggunakan tangan, dan beberapa gerakan jari sebagai penjelas karakter yang disampaikan.
Cerita seperti burung dan seekor anjing, adalah beberapa contoh karakter yang dapat diwujudkan dan itu tergolong mudah untuk dilakukan.
Rindukah sahabat dengan permainan itu?Â
Kalau saya pribadi tentunya sangat rindu, apalagi waktu itu lampu penerangan dan media seperti televisi masih tergolong sedikit orang yang memiliki. Sehingga, sambil menunggu jam istirahat, permainan ini menjadi salah satu alternatif untuk dilakukan.
Jika mengungkit kembali masa lalu, tentu akan berbanding terbalik dengan kondisi saat ini, dimana sebuah cerita yang bersifat imajinasi,telah dikemas menggunakan bermacam media digital.
Tetapi, saat ini saya masih sering menggunakan permainan bayangan untuk mengajarkan anak saya, agar mampu menuangkan kreativitasnya, dengan bercerita lewat sebuah bayangan.
Sekalipun telah berganti jaman, saya fikir kegiatan bermain peran melalui bayangan, adalah salah satu upaya untuk mendekatkan anak agar tumbuh dan berkembang untuk memupuk kepeduliannya terhadap budaya literasi sejak dini, dimulai dari tingkat keluarga.