Mohon tunggu...
tuti nuryanti
tuti nuryanti Mohon Tunggu... -

one step at the time

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Awas ada Ketua Galak!

10 April 2013   15:48 Diperbarui: 24 Juni 2015   15:25 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Inilah postingan ke-3 saya di kompasiana dan masih dalam rangka yang sama yaitu untuk memenuhi tugas salah satu mata kuliah yang dosennya kompasianer abisss. Tapi saya salut dengan dosen yang satu ini karena wawasannya. Yang ini ciyuss lho... hehe Masih dengan tema kepemimpinan dan kali ini saya ingin berbagi pengalaman pribadi saya sebagai pemimpin alias ketua kelas saat duduk di bangku SD. Sedikit intermezzo, dulu penalaran tingkat SD saya mengatakan bahwa seorang ketua kelas haruslah tegas dan galak agar anggota kelasnya bisa tertib. Terutama jika ketua kelasnya adalah perempuan. Dan paham ini terus saya pegang selama saya menjadi ketua kelas saat SD. [caption id="attachment_237312" align="alignnone" width="205" caption="image by google"][/caption] Akibat dari salah pemahaman ini, predikat sang ketua galak pun melekat pada saya. Setiap kali saya lewat, teman-teman terutama teman laki-laki yang sering saya tertibkan jika ribut di kelas dengan galak, akan menyoraki saya dengan sebutan ketua galak. Hal ini tidak lantas menyurutkan semangat saya menjadi ketua kelas. Justru saya semakin tertantang oleh mereka, sampai-sampai saya menyediakan penggaris kayu untuk memukul anak laki-laki yang susah diatur. Sang ketua kelas masih terus mempertahankan gaya galaknya dalam mengatur kelas. Bahkan tak ragu memukul dengan penggaris kayunya. Tanpa saya sadari bukan kelas yang tertib dan disiplin yang saya dapat, justru pembangkang-pembangkang yang memang sengaja senang melihat saya kesal dan rempong sendiri. Satu kejadian yang tak mungkin saya lupakan adalah ketika sepulang sekolah ada orang tua salah satu teman saya yang mendatangi saya dan marah karena tak terima anak laki-lakinya dipukul dengan penggaris kayu. Sejak hari itu saya mencoba berkonsultasi dengan guru bimbingan konseling. Banyak masukan yang saya dapat dan membawa banyak perubahan dalam gaya kepemimpinan saya. Dari kisah ketua galak ini mungkin bisa saya katakan bahwa gaya kepemimpinan hard leader bukan berarti tegas tanpa pertimbangan. Harus tetap rasional, tidak saklek dan memungkinkan dapat diterima dengan kondisi yang ada. Berpegang pada sistem dan visi misi namun tetap menyelaraskan dengan kondisi dan aspirasi bawahannya. Satu figur yang menurut saya memiliki gaya kepemimpinan hard leader adalah Gubernur DKI Jakarta saat ini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun