Mohon tunggu...
Tutut Setyorinie
Tutut Setyorinie Mohon Tunggu... Lainnya - Pegiat Lingkungan

Warga Bekasi. Bermukim dekat TPST Bantar Gebang. Sedang belajar mengurangi sampah dengan 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒐𝒎𝒑𝒐𝒔 dan 𝒅𝒊𝒆𝒕 𝒑𝒍𝒂𝒔𝒕𝒊𝒌. Yuk, jadi Game Changer untuk lingkunganmu!

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Belajar Hidup Cermat dan Minim Sampah dengan Gaya Hidup "You Need Only One"

24 Januari 2025   11:40 Diperbarui: 25 Januari 2025   04:06 1386
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tren gaya hidup terus mengalami perubahan seiring pergantian waktu.

Di tahun 2025 ini, gaya hidup "You Need Only One" (YONO) menjadi trending di beberapa platform media sosial seperti Tiktok dan Instagram.

Tren YONO menjadi antitesis atas gaya hidup "You Only Live Once" (YOLO) yang lebih dulu viral. Jika YOLO meyakinkanmu bahwa hidup hanya sekali, maka YONO menginisiasi bahwa sekali (satu) sudah cukup untuk hidup.

Baca juga: Saatnya Terapkan Gaya Hidup Minim Sampah di Tahun 2025 

Apa itu YONO?

YONO yang merupakan singkatan dari "You Need Only One" adalah tren gaya hidup yang mengedepankan prinsip kesederhanaan, efisiensi, dan keberlanjutan. Tren ini ramai digaungkan khususnya oleh kalangan Gen Z dan Milenial.

Seperti terjemahannya yang berarti "Kamu Hanya Butuh Satu", YONO menekankan bahwa seseorang hanya butuh satu hal (barang) untuk mencapai kebahagiaan hidup.

Tren "You Need Only One" sebenarnya sempat menggema kala pandemi Covid-19. Saat itu ketidakpastian ekonomi membuat orang-orang memilih hidup berhemat dan membuat dana darurat.

Kini, gaya hidup YONO kembali dipopulerkan oleh masyarakat Korea hingga akhirnya sampai di Indonesia. Dikutip dari The Korea Times, generasi muda Korea mengatakan "No" untuk YOLO dan "Yes" untuk YONO.

Ya, YONO dianggap semakin relevan dengan kondisi terkini di mana krisis lingkungan terus terjadi dan biaya hidup terus meninggi.

Baca juga: 5 Influencer yang akan Membantumu untuk Hidup Ramah Lingkungan

Belajar hidup cermat dan minim sampah dengan YONO

Gaya hidup "You Need Only One" mengajarkan kita untuk lebih cermat dalam memiliki suatu barang.

Jika (dulu) YOLO mengingatkan kita untuk tidak ketinggalan tren karena hidup hanya sekali, kini YONO mengajarkan kita untuk cermat dalam memilih tren untuk dikonsumsi.

Sekarang bukan saatnya untuk membeli baju setiap bulan, mencoba setiap makanan viral, dan pergi ke tempat wisata hanya untuk diposting di Instagram.

Dalam prinsip YONO, membeli satu barang yang bisa dipakai jangka panjang adalah lebih baik daripada banyak barang yang mudah rusak, makanan sehat lebih penting daripada makanan viral, begitu juga dengan memilih tempat wisata yang benar-benar bermakna.

YONO juga mengedepankan prinsip ramah lingkungan dan berkelanjutan. 

Tidak dipungkiri, perilaku konsumtif dalam gaya hidup YOLO sering kali menimbulkan masalah seperti limbah produksi, pencemaran air, dan sumber daya yang terkuras.

Dengan berlaku cermat dan memiliki hanya satu barang seperti prinsip YONO, maka kamu turut meminimalisir limbah dan sampah dari barang-barang yang sebenarnya masih layak pakai.

Baca juga: Bawa Wadah Sendiri Saat Jajan, Solusi Praktis Kurangi Plastik

Yuk, terapkan gaya hidup YONO di keseharianmu!

Gaya hidup "You Need Only One" sangat bisa kamu aplikasikan di kehidupan sehari-hari. Tidak rumit kok, berikut tiga cara sederhana untuk belajar hidup cermat dan minim sampah dengan prinsip YONO.

1. Baca 1 buku hingga selesai, baru beli lagi

Siapa di sini yang suka membeli buku namun tidak kunjung dibaca? Atau dibaca, namun tidak selesai dan kamu sudah keburu untuk beli buku baru. Pada akhirnya, tumpukan buku itu terus meninggi tanpa tahu kapan diakhiri.

Dalam istilah Jepang, kebiasaan menumpuk buku dikenal dengan istilah Tsundoku Syndrome. Tsunde-Oku berarti dibiarkan menumpuk, dan Dokusho yang berarti membaca buku.

Menurut Kompasianer Isur Suryati, perilaku Tsudoku Syndrome dapat dikategorikan sebagai salah satu bentuk Obsessive Compulsive Disorder (OCD) alias penyakit kelainan mental.

Dengan gaya hidup YONO, kamu dicukupkan untuk membeli hanya 1 buku dan membacanya sampai habis.

Manfaatnya kamu akan terhindar dari penyakit mental dan pengeluaran yang tidak perlu. Hidupmu juga jadi lebih tenang dan tidak terburu-buru untuk menyelesaikan daftar bacaan yang semakin panjang.

2. Beli 1 baju berkualitas untuk dipakai berkali-kali

Tren fast fashion di industri tekstil seperti tidak ada habisnya. 

Setiap bulan, ada saja baju baru dengan model terbaru yang memanggil-manggil untuk kita miliki. Promosi dari para influencer dan diskon di setiap tanggal gajian menjadi pemantik yang tak pernah padam.

Sayangnya, proses produksi cepat sering kali menimbulkan masalah. Pencemaran air, polusi mikroplastik, eksploitasi pekerja anak, hingga tumpukan pakaian yang menjadi sampah di tempat pembuangan akhir (TPA) adalah sekelumit cerita bahwa fast fashion tidak berakhir baik.

Dengan menerapkan gaya hidup YONO, kamu hanya perlu membeli 1 baju berkualitas untuk dipakai berkali-kali ke beragam suasana.

Dengan begitu kamu sudah memaksimalkan fungsi baju tersebut sekaligus meminimalisir kemungkinan sampah dari baju lamamu yang tidak lagi terpakai.

Baca juga: 3 Benda Sekali Pakai yang Tidak Lagi Saya Pakai 

3. Takar makanan di piringmu dan habiskan

Banyak orang berpendapat bahwa tidak menghabiskan makanan adalah bentuk kesopanan. Faktanya, tidak menghabiskan makanan hanya akan menimbulkan sampah yang berakhir menumpuk di tempat pembuangan sampah.

Masih ingat, apa sampah terbesar yang ada di TPST kita? Ya, sampah sisa makanan!

Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) milik Kementerian Linkungan Hidup, sebanyak 39,3% sampah di Indonesia adalah sisa makanan.

Data komposisi sampah nasional (Sumber: SPSN KLHK)
Data komposisi sampah nasional (Sumber: SPSN KLHK)

Dengan gaya hidup YONO, kamu diharapkan untuk makan secara sadar. Takar makanan di piringmu dan berusahalah untuk menghabiskannya. 

Apalagi jika kamu makan di restoran, jangan sampai kamu lapar mata untuk mengambil banyak menu yang tidak bisa kamu habiskan. Hal ini bukan hanya menumpuk sampah namun juga pengeluaran yang tidak perlu.

Menghabiskan makanan juga sebagai bentuk menghargai pemasak dan petani yang telah menanam bahan makanan untuk kita lho. 

Ingat pepatah, satu butir nasi akan menangis jika tidak ikut kemakan? Kira-kira begitulah reaksi para ibu, koki dan petani jika kita menyisakan makanan. Ya, mereka akan menangis!

Baca juga: Benda Sekali Pakai yang Menumpuk di Tempat Sampah Kita 

Nah, bagaimana Kompasianer, sudah siap belajar hidup cermat dan minim sampah dengan gaya hidup "You Need Only One"? Ceritakan juga YONO versimu di kolom komentar ya.

---

Tutut Setyorinie,

24 Januari 2025

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun