Mohon tunggu...
Tutut Setyorinie
Tutut Setyorinie Mohon Tunggu... Lainnya - Pegiat Lingkungan

Warga Bekasi. Bermukim dekat TPST Bantar Gebang. Sedang belajar mengurangi sampah dengan 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒐𝒎𝒑𝒐𝒔 dan 𝒅𝒊𝒆𝒕 𝒑𝒍𝒂𝒔𝒕𝒊𝒌. Yuk, jadi Game Changer untuk lingkunganmu!

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Belajar Hidup Cermat dan Minim Sampah dengan Gaya Hidup "You Need Only One"

24 Januari 2025   11:40 Diperbarui: 24 Januari 2025   11:40 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya hidup sederhana dan minim sampah dengan YONO (Sumber: Freepik)

Jika (dulu) YOLO mengingatkan kita untuk tidak ketinggalan tren karena hidup hanya sekali, kini YONO mengajarkan kita untuk cermat dalam memilih tren untuk dikonsumsi.

Sekarang bukan saatnya untuk membeli baju setiap bulan, mencoba setiap makanan viral, dan pergi ke tempat wisata hanya untuk diposting di Instagram.

Dalam prinsip YONO, membeli satu barang yang bisa dipakai jangka panjang adalah lebih baik daripada banyak barang yang mudah rusak, makanan sehat lebih penting daripada makanan viral, begitu juga dengan memilih tempat wisata yang benar-benar bermakna.

YONO juga mengedepankan prinsip ramah lingkungan dan berkelanjutan. 

Tidak dipungkiri, perilaku konsumtif dalam gaya hidup YOLO sering kali menimbulkan masalah seperti limbah produksi, pencemaran air, dan sumber daya yang terkuras.

Dengan berlaku cermat dan memiliki hanya satu barang seperti prinsip YONO, maka kamu turut meminimalisir limbah dan sampah dari barang-barang yang sebenarnya masih layak pakai.

Baca juga: Bawa Wadah Sendiri Saat Jajan, Solusi Praktis Kurangi Plastik

Yuk, terapkan gaya hidup YONO di keseharianmu!

Gaya hidup "You Need Only One" sangat bisa kamu aplikasikan di kehidupan sehari-hari. Tidak rumit kok, berikut tiga cara sederhana untuk belajar hidup cermat dan minim sampah dengan prinsip YONO.

1. Baca 1 buku hingga selesai, baru beli lagi

Siapa di sini yang suka membeli buku namun tidak kunjung dibaca?  Atau dibaca, namun tidak selesai dan kamu sudah keburu untuk beli buku baru. Pada akhirnya, tumpukan buku itu terus meninggi tanpa tahu kapan diakhiri.

Dalam istilah Jepang, kebiasaan menumpuk buku dikenal dengan istilah Tsundoku Syndrome. Tsunde-Oku berarti dibiarkan menumpuk, dan Dokusho yang berarti membaca buku.

Menurut Kompasianer Isur Suryati, perilaku Tsudoku Syndrome dapat dikategorikan sebagai salah satu bentuk Obsessive Compulsive Disorder (OCD) alias penyakit kelainan mental.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun