Mohon tunggu...
Tutut Setyorinie
Tutut Setyorinie Mohon Tunggu... Lainnya - Pegiat Lingkungan

Sedang belajar mengompos, yuk bareng!

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Enam Sampah Ini Sebaiknya Kamu Hindari untuk Dikompos

29 September 2024   15:50 Diperbarui: 29 September 2024   19:59 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejak mulai mengompos pada Mei 2024 lalu, saya jadi excited untuk terus mempelajari sampah-sampah apa saja yang bisa dikompos dan yang tidak. 

Walaupun bisa terurai, ternyata tidak semua sampah organik bisa dibuat kompos. Ada beberapa sampah yang jika dikompos justru akan menimbulkan bau tak sedap, mengundang serangga yang tidak diinginkan, hingga merusak kualitas kompos.

Lantas, sampah apa saja yang sebaiknya dihindari untuk dikompos? Berikut daftarnya.

1. Produk hewani

Salah satu jenis sampah organik yang tidak disarankan untuk dikompos adalah produk hewani. 

Ya, sampah berupa tulang ayam, duri-duri ikan, telur, dan daging, sering kali kita temui di piring sisa makanan. Sayangnya, sampah-sampah tersebut tidak bisa dikompos karena akan menguarkan bau tak sedap dan mengundang hama.

Menurut beberapa penelitian, produk hewani rawan dihinggapi jamur dan bakteri. Kedua bahan ini apabila dibiarkan dapat mengeluarkan bau tak sedap. Pada akhirnya hama seperti lalat, belatung, dan tikus akan berdatangan.

Namun jangan khawatir, kamu tetap bisa kok mengurai sampah hewani ke lubang biopori, yaitu teknik mengompos dengan paralon yang dimasukkan ke dalam tanah. Teknik biopori akan meminimalisir kehadiran serangga karena letaknya yang berada di kedalaman.

2. Susu, minyak, lemak, dan turunannya

Produk yang mengandung susu, minyak, lemak, maupun turunannya seperti mentega, yoghurt, dan krim merupakan golongan sampah yang tidak disarankan untuk dikompos. 

Hal ini dikarenakan proses pembusukan susu dan sejawatnya menimbulkan bau yang menusuk hidung.

Namun, khusus untuk minyak sisa alias minyak jelantah, kamu bisa menampungnya di wadah tersendiri. Kini sudah banyak vendor yang mencari sekaligus bersedia membayar untuk minyak jelantah.

Di lingkungan rumah saya bahkan sudah ada koordinator untuk mengumpulkan minyak jelantah dari para warga. Minyak jelantah banyak dicari karena bisa diolah menjadi beberapa produk bernilai tinggi seperti biodiesel, lilin, dan sabun.

3. Daun / Tumbuhan yang sakit

Daun atau tumbuhan yang sakit ditandai dengan bercak putih atau kuning. Hal ini menandakan adanya jamur atau bakteri patogen yang sangat berpotensi untuk ditularkan.

Maka dari itu, untuk tanaman sakit lebih baik diurai dengan cara dibakar atau dibuang saja ke tempat sampah. 

Karena apabila dimasukkan dalam kompos, jamur atau bakteri tersebut akan berpindah ke sampah lain dan akan mengganggu proses pengomposan.

5. Kotoran hewan 

Kotoran hewan adalah sampah pasti yang didapatkan setiap hari bagi para pemelihara hewan.

Walaupun kotoran hewan termasuk bagian dari sampah organik karena merupakan sisa dari makhluk hidup, sampah ini tetap tidak disarankan untuk dikompos karena menguarkan bau tak sedap.

Pasti kamu sudah terbayang bagaimana baunya pup kucing dan anjing, bukan? Bau ini akan mengundang hama tikus berdatangan. Bakteri yang terkandung pada kotoran hewan juga dapat merusak kualitas kompos yang dihasilkan.

Untuk itu, pup alias kotoran hewan lebih baik dibuang saja.

Namun untuk beberapa hewan, khususnya hewan vegetarian (seperti sapi, kambing, dan ayam), kamu bisa mengolahnya secara tersendiri untuk dijadikan pupuk kandang. 

Cara untuk membuat pupuk kandang pun hampir mirip dengan kompos. Cukup campurkan kotoran hewan dengan abu, sekam dan EM4, lalu biarkan mereka terdekomposisi.

6. Plastik, karet, kaca

Plastik dan karet adalah golongan sampah non-organik yang sering ikut masuk ke dalam kompos. Pasalnya dua bahan ini lekat dengan sampah dapur dari belanjaan sayur para ibu di pasar.

Saya sendiri sering menemui plastik sayur, bungkus bumbu penyedap, dan karet gelang saat mengaduk kompos. 

Plastik, karet, dan kaca adalah jenis sampah yang sulit terurai. Menurut Science Focus (dari Kompas.com), lama penguraian karet berkisar 50-80 tahun, kantong plastik 200 tahun, dan kaca hampir 1 juta tahun.

Jadi meskipun tercampur aduk dengan kompos, ketiga bahan tersebut tetap tidak akan terurai. Ada baiknya kita memisahkan sampah non-organik untuk ditampung di wadah tersendiri.

Kini sudah banyak vendor yang menerima botol-botol plastik, atau kemasan kaca untuk didaur ulang menjadi bahan yang lebih bermanfaat.

Mulai sekarang, yuk kita pilah-pilih sampah dari rumah: mana yang harus dikompos, mana yang harus dikumpulkan untuk didaur ulang, dan mana yang harus dibuang ke tempat sampah.

Dengan begitu kita sudah mengurangi beban Tempat Pembuangan Sampah (TPS/T) yang sudah semakin menggunung. Karena kalau bukan kita yang menyelamatkan bumi, siapa lagi? 

--

Tutut Setyorinie, 

29 September 2024

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun