Salah satu pertanyaan yang mampir di kepala saya (mungkin juga kamu) ketika ingin mengompos adalah "wadah mengompos itu harus seperti apa sih?"
Apakah perlu material tertentu? Apakah harus besar? Apakah harus tertutup? Apakah harus beli? Bisakah kalau buat sendiri dengan memanfaatkan barang di sekitar agar tidak menambah sampah?
Pertanyaan-pertanyaan itu terus terngiang hingga akhirnya saya memutuskan berseluncur di situs belanja online dan berbagai media sosial sehingga menemukan beberapa wadah berikut ini.
1. Compost bag/Kantong kompos
Jika kamu mencari wadah mengompos di situs belanja online, maka yang pertama kali keluar adalah bentuk compost bag alias kantong kompos berwarna hijau tua ini.
Compost bag terbilang murah dan bisa menampung banyak sampah. Compost bag bermuatan 80 liter dibandrol dengan harga 45 ribu. Sedangkan yang berukuran 200 liter dijual dengan harga 90 ribu.
Dengan ukuran sebesar itu, estimasi saya compost bag bisa menampung sampah organik rumahan hingga 3 sampai 6 bulan.
Kekurangan compost bag mungkin ada dibentuknya yang lonjong dan tinggi. Terlebih jika kamu membeli ukuran besar 200 liter, sedangkan tubuhmu mungil, kamu pasti akan kesulitan untuk mengaduk isi kompos.
Pengadukan kompos harus rutin dilakukan minimal dua hingga tujuh hari sekali. Proses ini sangat penting untuk memastikan oksigen masuk ke sela-sela kompos dan penguraian berjalan lebih cepat.
2. Ember komposter
Selain compost bag, kamu juga bisa memakai ember sebagai wadah untuk mengompos.
Salah satu ember komposter yang saya temui berasal dari Sustaination. Toko ini membrandol harga 299 ribu rupiah untuk satu ember berukuran 25 liter.
Keuntungan mengompos dengan ember ada di bahannya yang kokoh (menghindari serangga) dan mudah ditumpuk. Jadi bagi kamu yang memiliki lahan terbatas atau berniat mengompos dalam rumah, ember komposter adalah pilihan terbaik.
Pada ember komposter biasanya juga terdapat keran untuk memanen air lindi, yaitu air sisa dari hasil pengomposan yang juga bisa dimanfaatkan sebagai pupuk cair.
Saya sendiri memakai ember untuk percobaan kompos saya yang pertama.
Kala itu saya membeli ember biasa di pasar seharga 25 ribu. Ember tersebut kemudian saya lubangi di bagian bawah serta kiri kanan. Tujuannya untuk memudahkan oksigen masuk, sekaligus pengeluaran air lindi yang langsung meresap ke tanah.
Kekurangan dari ember komposter adalah muatannya yang sedikit. Di keluarga kami, satu ember berukuran 20 liter hanya cukup menampung sampah selama dua minggu.
Setelah itu saya harus memindahkan isi kompos ke media lain, agar si ember bisa dipakai kembali untuk menaruh sampah.
3. Karung beras
Wadah ini sebenarnya merupakan hasil pemikiran saya setelah terdesak oleh ember kompos yang penuh. Saya tidak ingin beli ember lagi, namun masih ingin tetap mengompos!
Akhirnya pandangan saya tertuju pada rak barang dan menemukan banyak karung beras di sana.
Saya melihat karung beras sebagai wadah yang juga cocok untuk mengompos karena anyamannya yang tidak terlalu rapat sehingga memungkinkan air lindi turun dan oksigen bisa masuk.
Karung beras juga berukuran lebih besar daripada ember, sehingga bisa menampung lebih banyak sampah.
Kekurangannya ada di bentuknya yang letoy, sehingga saya takut bisa-bisa dibongkar tikus. Namun setelah berjalan hampir dua bulan, Alhamdulillah karung komposter saya tetap aman dan utuh.
Selain ketiga wadah di atas, sebenarnya masih banyak wadah-wadah lain yang bisa kamu gunakan untuk mengompos. Dalam postingan di media sosial, saya menemukan gerabah, box container, bahkan galon bekas yang digunakan untuk mengompos.
Yang perlu kamu ingat adalah "mengompos itu mudah". Mengompos bisa dilakukan di mana saja, kapan saja, dan dengan wadah apa saja.
---
Tutut Setyorinie,
23 Juni 2024
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI