Mohon tunggu...
Tutut Setyorinie
Tutut Setyorinie Mohon Tunggu... Lainnya - Pegiat Lingkungan

Warga Bekasi. Bermukim dekat TPST Bantar Gebang. Sedang belajar mengurangi sampah dengan 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒐𝒎𝒑𝒐𝒔 dan 𝒅𝒊𝒆𝒕 𝒑𝒍𝒂𝒔𝒕𝒊𝒌. Yuk, bareng!

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Yuk, Mengompos! Sayangi Alam Mulai dari Rumah

13 Juni 2024   15:06 Diperbarui: 16 Juni 2024   19:05 353
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perjalanan kompos saya dari hari ke hari | Sumber: dokumentasi pribadi

Setelah berjanji untuk melakukan homesteading di artikel sebelumnya, per bulan Mei kemarin saya akhirnya resmi mengompos!

Composting alias mengompos adalah kegiatan memilah sampah organik (sisa makanan) untuk diurai bersama dedaunan kering, sekam, atau serabut kelapa, sehingga menjadi pupuk yang bermanfaat bagi tanaman.

Hijau dan Coklat

Dalam kompos, kategori sampah terbagi menjadi dua yaitu sampah hijau dan sampah coklat.

  • Sampah hijau: mengandung nitrogen. Terdiri dari sisa bahan makanan seperti potongan sayur, kulit buah, cangkang telur, kulit bawang, dan lain-lain.
  • Sampah coklat: mengandung karbon. Terdiri dari dedaunan kering, serbuk kayu, serabut kelapa, tanah, kardus dan lain-lain.

Kedua jenis sampah ini sangat bisa ditemui di rumah dan sekitaran rumah.

Coba saja tengok dapurmu. Jika kamu termasuk orang yang aktif memasak, bukan hal yang sulit menemukan potongan sayur, cangkang telur, dan kulit bawang.

Belum lagi sisa masakan yang tidak kemakan, buah busuk yang terlalu lama di kulkas, bekal makanan yang tidak dihabiskan, mau diapakan lagi kalau tidak dibuang?

Ibu saya pun aktif memasak. Dengan jumlah 4 orang dalam satu rumah, sampah yang kami hasilkan bisa mencapai 2 hingga 3 kantong plastik ukuran sedang.

Lantas dikemanakan sampah itu?

Selama ini, saya hanya membuangnya di tong sampah depan rumah. Petugas pengangkut akan membawa mereka (re: sampah-sampah) pada tiap minggu pagi untuk kemudian disetor ke TPST Bantar Gebang.

Kami rutin membayar iuran sampah tiap bulan. Tidak ada yang salah dengan itu, bukan?

Tentu tidak, hanya saja..

TPST Bantar Gebang sekarang sudah setinggi gedung 16 lantai, dengan penerimaan 15.000 ton sampah setiap harinya. Kata, Kompas.com.

Kebayang nggak sih, 2 kantong sampah yang kita hasilkan setiap hari, dikali 360 hari dalam setahun, dikali berapa tahun masa hidup. Jadi sudah berapa banyak sumbangan sampah yang kita tumpuk di TPA/TPST?

Belum lagi kasus ledakan di TPA akibat gas metana, yang pernah terjadi pada TPA Leuwigajah, Bandung, pada 2005 silam. Ledakan tersebut menjadi insiden kelam yang menewaskan hingga 147 orang dan menghapus 2 desa dari peta.

Kalau saja kita mengompos semua sampah organik (sisa makanan), lalu memilah sampah anorganik (kemasan plastik, dus, dan botol) untuk dikumpulkan ke pengepul, alhasil sampah yang kita setor ke TPA bisa berkurang atau bahkan nol!

Bumi terjaga, pupuk berlimpah, uang pun didapat (karena menukar/menjual sampah anorganik). Sambil menyelam, minum es kelapa, sluurppp..

Mengompos itu mudah

Salah satu slogan yang saya ingat dari dosen bahasa Inggris saya sewaktu kuliah adalah "English is Easy".

Setiap kali selesai menjelaskan sesuatu, beliau pasti menutup dengan kalimat "English is Easy". Seakan-akan beliau ingin menekankan pada muridnya, bahwa sesulit apapun materi yang ia jabarkan, bahasa inggris itu tetap easy.

Jadi kali ini, saya ingin mencontek slogan tersebut dan mengubahnya dengan menjadi "Mengompos itu Mudah".

Ya, mudah banget!

Yang kamu perlukan hanya niat, dan:

1. Sampah hijau, bisa langsung kamu dapat dari dapur.
2. Sampah coklat, bisa kamu cari di sekitaran rumah/jalan.
3. Wadah? Bisa dari ember bekas, poly bag, keranjang, drum sampah, dll.
4. Air cucian beras atau EM4, sebagai bio aktivator.
5. Kesabaran untuk menunggu dan mengaduk-aduk kompos hingga jadi.

Perjalanan kompos saya dari hari ke hari | Sumber: dokumentasi pribadi
Perjalanan kompos saya dari hari ke hari | Sumber: dokumentasi pribadi

--

Tutut Setyorinie

13 Juni 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun