Mohon tunggu...
Tutut Setyorinie
Tutut Setyorinie Mohon Tunggu... Lainnya - Pegiat Lingkungan

Warga Bekasi. Bermukim dekat TPST Bantar Gebang. Sedang belajar mengurangi sampah dengan 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒐𝒎𝒑𝒐𝒔 dan 𝒅𝒊𝒆𝒕 𝒑𝒍𝒂𝒔𝒕𝒊𝒌. Yuk, bareng!

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Transformasi Terowongan Kendal: Dulu, Kini, dan Nanti

11 Mei 2022   09:46 Diperbarui: 11 Mei 2022   13:16 3142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Terowongan Kendal di Sudirman, Jakarta | sumber: ceknricek.com

Bagi pengguna KRL Sudirman, pasti sudah tidak asing lagi dengan Terowongan Kendal. 

Terowongan yang menjadi penghubung antara Stasiun Sudirman dan MRT Dukuh Atas, kini menjadi salah satu tempat hits di bilangan Jakarta.

Meski bernama 'Kendal', terowongan ini tidak bernuansa ala kota Kendal, Jawa Tengah. Juga tidak pula dibangun oleh supermodel Kendall Jenner. 

Nama Kendal murni diambil dari nama jalan tempat terowongan tersebut berdiri.

Sebagai salah satu pelintas terowongan ini beberapa tahun lalu, saya lumayan kaget dengan penampilan terbarunya kini. 

Terowongan Kendal di Sudirman, Jakarta | sumber: ceknricek.com
Terowongan Kendal di Sudirman, Jakarta | sumber: ceknricek.com

Mencatut bahasa anak Jaksel, Terowongan Kendal sudah glow up hingga bikin pangling!

Berikut sederet titik transformasi Terowongan Kendal antara dulu, kini dan nanti.

Tidak lagi suram dan sepi, Terowongan Kendal kini berhias lampu warna-warni

Walau sudah beberapa kali melipir ke Stasiun Sudirman, baru pada tahun 2018-2019, saya menjadi sangat sering mengunjungi stasiun Sudirman dan Terowongan Kendal.

Kala itu, saya harus melakukan Praktik Kerja Lapangan yang kebetulan bertempat di daerah Sudirman. 

Bagi kamu yang juga sering melewati terowongan ini di tahun tersebut, pasti mengetahui kondisi terowongan Kendal dahulu yang sarat akan kesan suram dan sepi.

Terowongan Kendal (dulu), sumber: detik.com
Terowongan Kendal (dulu), sumber: detik.com
Salah satu penyebabnya dikarenakan tidak ada lampu yang menerangi khusus di terowongan tersebut. Penerangan hanya bersumber dari lampu jalan dan lampu kendaraan yang kebetulan tengah melintas.

Di waktu malam, kesan suram itu seakan bertambah karena volume kendaraan berangsur menyurut. 

Jika kebetulan saya melintasi terowongan ini saat malam, teknik jalan cepat dan berzikir adalah metode praktis yang saya ambil.

Beruntungnya, Stasiun Sudirman berada tepat di ujung terowongan. Sehingga jika pun terjadi apa-apa, saya bisa langsung berteriak pada satpam kereta (yang semoga saja mendengar).

Terowongan Kendal (kini), sumber: liputan6.com
Terowongan Kendal (kini), sumber: liputan6.com

Namun hari ini, tidak tampak lagi wajah suram di Terowongan Kendal. 

Ya, Terowongan Kendal kini telah berhias lampu warna-warni. Lampu tersebut akan berganti setiap beberapa detik dengan warna biru, hijau, kuning, oranye, hingga ungu.

Jika dulu saya ingin bercepat-cepat, kini saya sering berlambat-lambat ketika melintasi Terowongan Kendal.

Tidak jarang juga saya mampir untuk berswafoto atau sekedar menikmati pertunjukan 'cahaya' di terowongan sepanjang 47 meter ini.

Dari tempat ngetem para Ojek Online, menjadi jalur ramah pejalan kaki

Sejak dulu hingga kini, keributan di Stasiun Sudirman memang tidak ada duanya. 

Baris gedung perkantoran yang memenuhi jalan Jenderal Sudirman membuat banyak orang berhenti di stasiun ini, untuk kemudian melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki, bis, maupun ojol (ojek online).

Ilustrasi ojek online yang tengah ngetem | sumber: detik.com
Ilustrasi ojek online yang tengah ngetem | sumber: detik.com

Terowongan Kendal menjadi salah satu spot terfavorit bagi para abang ojol untuk ngetem alias menunggu penumpang. 

Selain karena letaknya yang berdekatan dengan pintu keluar Stasiun Sudirman, Terowongan Kendal juga diminati karena berfungsi sebagai putaran balik atau U-Turn yang mengarah ke Jalan Tanjung Karang atau Bundaran HI.

Bagi saya yang hendak memakai ojol, tentu hal ini sangat memudahkan karena saya bilang langsung naik dan tancap gas ke tempat tujuan. 

Namun ketika waktunya berjalan kaki, Terowongan Kendal menjadi terasa sumpek akibat riuhnya calon penumpang dan para Ojol yang saling bersahutan.

Trotoar lebar di jalan masuk Terowongan Kendal, sumber: dokumentasi pribadi
Trotoar lebar di jalan masuk Terowongan Kendal, sumber: dokumentasi pribadi

Kini, kesumpekan tersebut tidak lagi saya temui. Terowongan Kendal telah bertransformasi menjadi salah satu tempat teramah untuk pejalan kaki. 

Dari Stasiun Sudirman kita akan langsung memasuki area trotoar yang sudah dibatasi dari para pengemudi ojol ataupun kendaraan lain.

Area pedestrian Terowongan Kendal bahkan melebar hingga jalan Tanjung Karang akibat jalan buntu yang berbatasan dengan stasiun BNI City.

Jika kamu hobi berfoto, jangan lupa juga mampir di papan penunjuk jalan yang terletak persis di depan terowongan.

Dijamin, nuansa jalan itu akan membawamu terbang jauh dari Jakarta yang macet ke Jakarta asri di masa depan.

Tidak ada lagi coretan tak berarti, dinding Terowongan Kendal kini penuh mural artistik

Di Indonesia, tembok kosong adalah kanvas terbaik untuk berkreasi. Begitu juga dengan Terowongan Kendal yang dulu tidak luput oleh para 'seniman' jalan.

Beruntungnya, kini coretan di Terowongan Kendal tidak lagi sembarang coretan. Dinding terowongan tersebut penuh dengan mural cantik nan artistik.

Salah satu mural di Terowongan Kendal | sumber: goodnewsfromindonesia.id
Salah satu mural di Terowongan Kendal | sumber: goodnewsfromindonesia.id

Mural di Terowongan Kendal memiliki daya tarik tersendiri. Selain melindungi dinding dari coretan tidak jelas, mural ini juga memanjakan mata para pelintasnya.

Tidak jarang orang yang berhenti di sudut mural untuk mengambil foto, atau sekedar merenungi makna yang hendak disampaikan sang pelukis.

Bagaimana pun juga, Terowongan Kendal telah mengambil langkah baru bahwa area publik di Jakarta (dan Indonesia) bisa se-artsy ini.

Ke depannya, bukan tidak mungkin Terowongan Kendal menjadi bagian dalam event yang lebih besar, seperti pameran lukisan, festival seni atau pagelaran musik.

--

Tutut Setyorinie

11 Mei 2022

Sumber: 1, 2, 3, 4

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun