Namun tidak ada nuansa gelap atau suram di sini. Di kota bawah tanah ini, segalanya terlihat ramai, dan sarat akan warna warni.
Sama seperti stasiun KRL, stasiun MRT memiliki banyak tempat jajan. Saya yang kantornya tidak jauh dari MRT Senayan, sering kali melipir ke stasiun ini untuk berburu cemilan.
Fasilitas lain seperti mushola, toilet, ATM, lift, eskalator hingga ruang menyusui juga tersedia lengkap di MRT.
Salah satu perbedaan mencolok dengan KRL, mungkin terletak pada luasnya. Ya, jika tidak ada tiang-tiang penyangga, stasiun MRT mungkin sudah bisa digunakan untuk bermain bola (saking lapangnya).
Usut punya usut, megahnya stasiun MRT bukan hanya ada di imaji saya. Dilansir dari laman MRT Jakarta, salah satu stasiun MRT, Bundaran HI, memiliki panjang 400 meter dengan lebar 20 meter.
Dengan demikian luas MRT Bundaran HI mencapai 8.000 m2. Lantas bandingkan dengan stasiun KRL Bekasi yang hanya memiliki luas 1.515 m2 (sebelum direnovasi) dan 3.600 m2 (setelah renovasi).
Dengan luas tersebut, memang sepantasnya stasiun MRT disebut sebagai 'kota' bawah tanah.
2. Kaya akan karya seni
MRT yang dibangun sempurna di bawah tanah membuatnya jauh dari keramaian. Kita tidak bisa melihat aktivitas kendaraan lain, kondisi cuaca, atau atap-atap rumah seperti ketika menaiki KRL atau Busway.