Kita terbiasa menunduk
pada layar datar yang lebih sering menuntut
"lihat anak gemas itu!"
"bukankah kau belum punya baju modis itu?"
"andai kau punya tubuh sesemampai itu,"
bibirmu tersenyum getir
namun jarimu tetap saja bergulir
//
Kita terbiasa terpukau
pada sepotong langit senja ungu jingga
ribuan hati memuji memuja
"Ah indah nian fotomu, bujang"
Setelah puluhan kali menjentikkan kamera, mengayak warna, dan mencari quotes pujangga
kau tersenyum bangga
//
Kita terbiasa bertanya-tanya
pada dunia yang katanya maya, namun terlihat nyata
"apa aku benar-benar ada?"
sedang tetangga sebelahmu tak pernah kau sapa
kasir minimarket yang susah payah menghitung belanjaanmu, tak pernah kau balas senyumnya
sapaan pagi satpam kantor hanya menyusup gendang telinga
sedang satu pemberitahuan di telepon pintar, langsung membuatmu tersenyum, tertawa, hingga bicara sendirian
Mereka menyebutnya media sosial
Namun justru menjadikanmu makhluk anti sosial
--
TS/30 Maret 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H