Ya, kartu pos pertama yang saya tulis akhirnya sampai dengan selamat ke tangan Mbak Emily di Winconsin, USA.
Segala kekesalan terkait tarif prangko, maupun kedongkolan menunggu kabar sampainya kartu pos, seakan lumer setelah membaca balasan Mbak Emily yang super touching dan heartwarming.
"Sometimes they can have long travel times, but you can't give up hope. I sent one that took 364 days to reach its destination, so you never know!" Tulis Mbak Emily.
Saya akhirnya menyadari, bahwa di situlah letak keseruan berpostcrossing. Kamu tidak bisa menebak kapan suratmu tiba, begitu juga dengan kartu pos yang akan kamu terima secara tiba-tiba.
Balasan Mbak Emily membuat saya tidak ragu untuk kembali ke kartu pos, dan menyerahkan kartu-kartu berprangko.
Ajaibnya, kini mereka tidak lagi berkomentar mengenai tarif. Kartu yang saya serahkan, langsung diterima begitu saja.
Saya jadi flasback ke kejadian beberapa bulan lalu dan bertanya-tanya, apa mungkin seharusnya dulu saya acting like pro tanpa banyak bertanya, sehingga tidak 'dikerjai' . Xixixi
Tidak terasa, bulan Februari kembali menyapa. Kini tepat satu tahun ketika saya berjumpa Postcrossing dan mengirim kartu pos untuk pertama kalinya.
Selama satu tahun, tercatat ada 20 kartu yang 'berhasil' saya kirim, dengan rekor pengiriman terlama ke China 3.311 KM dalam waktu 157 hari, dan Taiwan 3.768 KM dalam waktu 150 hari alias 5 bulan!
Banyak yang berpendapat, bahwa lambannya pengiriman kartu pos semakin parah sejak Korona menyerang.