Mohon tunggu...
Tutut Setyorinie
Tutut Setyorinie Mohon Tunggu... Lainnya - Pegiat Lingkungan

Warga Bekasi. Bermukim dekat TPST Bantar Gebang. Sedang belajar mengurangi sampah dengan 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒐𝒎𝒑𝒐𝒔 dan 𝒅𝒊𝒆𝒕 𝒑𝒍𝒂𝒔𝒕𝒊𝒌. Yuk, bareng!

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Mulai dari Paperless hingga Bercocok Tanam, Ini Cara Saya Wujudkan Net-Zero Emission Untuk Dunia

14 Oktober 2021   16:46 Diperbarui: 14 Oktober 2021   16:49 659
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Paperless | sumber gambar: imagexinc.com; hulandalo.id, diolah pribadi

Pernah nggak sih kamu merasakan panasnya siang seperti dalam panggangan? Apalagi kalau sedang naik motor dan terjebak di lampu merah. Duuh, rasanya mau meleleh aja...

Suhu siang yang membakar memang bukan hal baru di Indonesia. Letak negara yang berdekatan dengan garis Khatulistiwa, digadang-gadang menjadi penyebab utama mengapa sinar matahari terasa begitu menggigit.

Namun tahukah kamu, bahwa saat ini seluruh dunia juga tengah mengalami peningkatan suhu yang sama?

Ya, pada sebuah video yang dirilis NASA pada Januari 2021 lalu, diketahui rata-rata suhu bumi telah mengalami peningkatan lebih dari 2 derajat Fahrenheit sejak tahun 1880, dengan tahun 2020 sebagai puncaknya. 

Hal ini mengakibatkan banyak lapisan es kutub yang mencair sehingga menimbulkan beberapa efek domino, seperti meningkatnya volume air laut, memicu badai dan banjir, hingga menenggelamkan pulau-pulau kecil serta kawasan pesisir. 

Kenaikan suhu bumi juga mempermudah lahan gambut dan hutan untuk terbakar. Belum lagi risiko gagal panen akibat iklim yang sulit ditebak, kurangnya pasokan air bersih serta sebaran penyakit akibat cuaca ekstrem.

Komposisi Gas Rumah Kaca per tahun. Ilustrasi oleh Rebecca Lindsey, melalui https://www.climate.gov/
Komposisi Gas Rumah Kaca per tahun. Ilustrasi oleh Rebecca Lindsey, melalui https://www.climate.gov/

Reaksi berantai ini tidak lain disebabkan oleh berbagai gas rumah kaca seperti karbon dioksida (CO2), nitrogen dioksida (N2O), metana (CH4), CFC, HFC dan gas lain yang terperangkap di atmosfer bumi.

Melalui situs kelautan dan atmosfer milik Amerika, NOAA Climate.gov, diketahui bahwa karbon dioksida sebagai gas yang dihasilkan dari pembakaran, menjadi yang paling banyak menyumbang terbentuknya efek rumah kaca.

Net-Zero Emission, langkah nyata memerangi perubahan iklim

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun