Mohon tunggu...
Tutut Setyorinie
Tutut Setyorinie Mohon Tunggu... Lainnya - Pegiat Lingkungan

Warga Bekasi. Bermukim dekat TPST Bantar Gebang. Sedang belajar mengurangi sampah dengan 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒐𝒎𝒑𝒐𝒔 dan 𝒅𝒊𝒆𝒕 𝒑𝒍𝒂𝒔𝒕𝒊𝒌. Yuk, bareng!

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Belajar Bersedih karena Hidup Nggak Melulu Harus "Stay Positive"

29 Juli 2021   15:26 Diperbarui: 29 Juli 2021   18:09 562
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam psikologi, Sadness telah menunjukkan sikap empati, yaitu memahami kondisi dan perasaan si Bing Bong alih-alih merasa kasihan (simpati).

Simpati vs Empati, sumber: www.suratresmi.net
Simpati vs Empati, sumber: www.suratresmi.net

Ivan Lanin dalam Twitter menunjukan perbedaan antara perasaan simpati dan empati. 

Simpati hanya memunculkan rasa kasian dan duka terhadap kemalangan orang lain. Mereka biasanya tidak memiliki pengalaman serupa di masa lalu.

Sedangkan empati mampu memunculkan pemahaman atas perasaan orang lain. Orang-orang ini 'disinyalir' pernah memiliki pengalaman yang serupa dengan si korban.

Pada dasarnya, empati bisa kita latih lho..

Kita bisa berlatih menjadi pendengar yang baik seperti Sadness. Tidak menghakimi atau menasehati, saat orang lain sedang dalam masa terpuruknya.

Kita juga bisa belajar bersedih, dengan turut melepaskan emosi negatif secara berkala. 

Don't be so hard on your self, karena hidup nggak semestinya terus stay positive.

--

Tutut Setyorinie,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun