Pria yang akrab disapa cak Harun ini bahkan mengatakan, "kalau sore ini dicopot (SK 652), malam saya tangkap dia (Harun Masiku)."
Harun Masiku diketahui telah menjadi buron sejak Januari 2020. Rizka, penyidik yang turut serta dalam kasus ini mengatakan bahwa gagalnya penangkapan Masiku dikarenakan kebocoran OTT yang acapkali terjadi.
Hal ini selaras dengan penyampaian Hasan, penyidik KPK yang mengungkapkan bahwa kebocoran OTT di KPK paling sering terjadi ketika Firli Bahuri (ketua KPK saat ini) menjadi Deputi bidang Penindakan.
Hasan sendiri telah melaporkan Firli ke pimpinan KPK saat itu. Namun belum sempat dijatuhi sanksi etik, Firli sudah ditarik kembali ke instansi asalnya di Kepolisian.
Kontroversi Firli dan "Misi" dibaliknya
Dilansir dari Tirto, saat pengangkatannya sebagai Deputi Penindakan KPK pada April 2018, Firli didapati belum menyampaikan Laporan Harta Kekayaan Pejabat Negara (LHKPN) sejak Maret 2002.
Kemudian, pada September 2018, beredar foto Firli sedang bermain tenis dengan Tuan Guru Bajang (TGB), Gubernur Nusa Tenggara Barat. Padahal kala itu, KPK tengah menyelidiki dugaan korupsi PT Amman Mineral Nusa Tenggara yang menyeret nama TGB.
Belum lama ini, melalui Tempo, Indonesia Corruption Watch (ICW) juga melaporkan Firli dalam dugaan penggunaan helikopter mewah dari Palembang ke Baturaja pada pertengahan 2020.
Kontroversi yang bertubi-tubi terjadi pada Firli, dan upaya pelemahan KPK yang terasa semakin nyata, seolah menyiratkan bahwa memang terdapat "misi" yang dibawa mantan Kapolres ini.
Dalam the End Game, Rizka menyebutkan bahwa polemik yang menimpa KPK adalah bagian dari skenario besar. "Pendapat pribadi saya ini grand design. Grand design untuk tidak hanya melemahkan KPK, (namun) juga grand design untuk melemahkan negara ini."