3. Pemasaran
Berbeda dengan penerbit mayor yang memiliki toko buku besar dan tim pemasaran. Di penerbit indie, kamu yang harus lebih banyak berjuang untuk mempromosikan.
Hal ini dikarenakan penerbit indie yang tidak terintegrasi dengan toko buku offline. Mereka biasanya hanya memiliki website, dan akun media sosial yang pengikutnya mungkin tidak sebanyak penerbit kawakan.
Sebenarnya tidak ada skill khusus yang dibutuhkan dalam berjualan. Hal ini terlihat dari banyaknya teman kita yang berjualan atau berdagang, terlepas apapun profesi mereka.
Tips paling tokcer bagi si sales newbie adalah jangan gengsi; jangan takut!
Saya yakin, kamu pasti sudah tidak asing dengan kata atau kalimat promosi. Setiap hari kalimat itu bersliweran dalam duniamu, mulai dari spanduk, pamflet, iklan di televisi, hingga caption di media sosial.
Yang jadi masalah adalah ketakutan dan kegengsianmu dalam melakukan semua itu. Konon, berjualan itu berarti merendah. Karena kamu 'memohon' orang lain untuk membeli barang daganganmu.
Memang tidak ayal, ada beberapa orang yang membeli karena tidak enak. Namun lebih banyak mereka yang membeli karena melihat 'nilai' dari barang tersebut.
Kamu bisa menerapkan teknik-teknik pemasaran seperti pemberian diskon, bonus merchandise, atau yang sedang trend-mengadakan giveaway!
Hitung-hitung, sambil menyelam minum air kelapa. Bukumu laku, skill pemasaranmu juga berkembang!