Mohon tunggu...
Tutut Setyorinie
Tutut Setyorinie Mohon Tunggu... Lainnya - Pegiat Lingkungan

Sedang belajar mengompos, yuk bareng!

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Bangun Jiwa Milenial di Usia Senja ala Opa Tjipta dan Oma Rose

14 Januari 2021   22:59 Diperbarui: 14 Januari 2021   23:40 343
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dashboard Tjiptadinata Effendi | sumber: https://www.kompasiana.com/tjiptadinataeffendi21may43

Rasanya saya tidak perlu memperkenalkan lagi siapa pasangan paling 'milenial' sejagat raya Kompasiana. Tjiptadinata dan Roselina Effendi atau yang akrab disapa Opa Tjipta dan Oma Rose adalah bukti nyata dari cinta, kesetiaan, hingga pelajaran hidup yang mereka telurkan bersama.

Awal pertemuan saya dengan Opa, tentu saja terjadi berkat Kompasiana. Saat itu, tahun 2016, ketika acara Kompasianival dengan tajuk "berbagi" dilaksanakan. Usia ke-kompasianer-an saya baru berjalan tiga bulan, dengan absen yang cukup jarang. Tidak banyak wajah yang saya kenal. Namun ketika melihat sosok Opa Tjipta, entah mengapa bayangan saja langsung tertuju pada foto profilnya yang khas dan sering lalu lalang di linimasa Kompasiana. 

Tanpa ragu, saya pun langsung meminta beliau untuk foto bersama. Beliau pun mengangguk tanpa banyak bertanya, dan sebuah jepretan itu akhirnya tercipta. Foto bersama Opa Tjipta menjadi foto pertama saya bersama seorang Kompasianer. Hingga saat ini, foto itu masih tersimpan rapi di galeri dan menjadi kenangan tidak terlupakan.

Jiwa Milenial di Usia Senja

Jangan. Sekali-kali jangan melihat Opa Tjipta dan Oma Rose dari umurnya. Meski sudah menginjak kepala tujuh, Opa Tjipta dan Oma Rose tidak kalah produktif dengan para generasi muda atau yang biasa disebut dengan Generasi Milenial.

Beberapa buah keproduktifitasan mereka adalah sebagai berikut.

1. One day One Article

Jika ada satu slogan yang paling melekat dari Opa Tjipta, tidak lain dan tidak bukan adalah one day one article. 

Mungkin jika dilihat dari kacamata luar, menulis artikel adalah pekerjaan mudah. Namun tidak sayangku, menulis artikel butuh konsentrasi, ketekunan, dan ketelitian tingkat tinggi.

Dalam menulis sebuah artikel, kita harus melakukan riset kecil-kecilan dengan tujuan agar pembaca merasa relate dengan apa yang diketahuinya. Setelahnya, kita perlu memikirkan bagaimana merangkai kata per kata hingga memantik rasa penasaran. Dan ketika selesai, kita juga yang akan menjadi pembaca pertama sebelum diterbitkan, untuk meminimalisir kesalahan ejaan, ketidaksesuaian kalimat, dan ketidakharmonisan dalam perpindahan paragraf.

Setelah mengerti betapa susahnya menulis artikel, pasti kamu akan terkaget bagaimana Tjiptadinata Effendi melakukan one day one article secara rutin selama 8 tahun di Kompasiana, bukan?

Dashboard Tjiptadinata Effendi | sumber: https://www.kompasiana.com/tjiptadinataeffendi21may43
Dashboard Tjiptadinata Effendi | sumber: https://www.kompasiana.com/tjiptadinataeffendi21may43
Ah, pasti ini bercanda.

Tidak, saya tidak bercanda sama sekali. Jika kamu ingin bukti, kamu bisa mampir di halaman Kompasiana Tjiptadinata Effendi. Sejak bergabung di 14 Oktober 2012 hingga 14 Januari 2021, Opa Tjipta telah menelurkan sebanyak 5.273 artikel. Jika dihitung dengan kalkulator sederhana, rentang usia ke-kompasianer-an Opa adalah 3018 hari, sedangkan artikel yang ditulisnya berjumlah 5.273. Hal ini membuktikan bahwa dalam sehari Opa bisa menghasilkan satu hingga dua artikel.

Uhm, bagi kamu yang merasa Milenial, berapa artikel yang mampu kamu hasilkan dalam waktu satu hari?

Ya, usia memang hanya sekumpulan angka. Wajah bisa menipu, namun jiwa tersembunyi di dalam hati. Opa Tjipta adalah representatif Milenial sejati. Konsistensinya dalam menulis menjadi bukti bahwa produktifitas dapat juga dihasilkan dalam usia yang tidak lagi muda.

2. Membangun budaya blogwalking 

Aktivitas blogwalking merupakan akar untuk menjaga jalinan pertemanan di dunia maya. Dengan saling singgah dan meninggalkan jejak, kita sudah berkontribusi dalam menghidupi rumah si penulis. 

Adalah Opa Tjipta dan Oma Rose, dua sejoli yang dengan sangat tekun membangun budaya blogwalking di Kompasiana. Saking tekunnya, Opa Tjipta bahkan pernah meminta maaf ketika telat menyinggahi artikel saya yang sudah terlewat beberapa hari.

Selain itu, Opa juga sering menyelipkan kata sapaan khusus kepada para Kompasianer. Hal ini membuat beliau terlihat sangat akrab pada semua orang di Kompasiana.

Saya sendiri, dihadiahi kata depan "Ananda" oleh Opa Tjipta. Dengan sapaan dan semangatnya yang khas, beliau akan memulai dengan kata-kata: "Selamat pagi Ananda Tutut, atau selamat hari minggu Ananda Tutut"; lalu diakhiri dengan doa: "Semoga sehat selalu, semoga sukses selalu."

Tidak hanya Opa Tjipta, Oma Rose juga memiliki kebiasaan yang sama. Dalam salah satu artikel yang ditulisnya, saya pernah membaca bahwa Oma memiliki kebiasaan mencatat nama Kompasianer yang singgah di artikelnya. Dengan begitu, beliau juga akan menyinggahi balik artikel dari Kompasianer tersebut.

Sungguh, usia bukan sebuah halangan untuk tetap menjalin pertemanan, bukan?

Walau terpaut jauh usia, Opa dan Oma tidak sungkan untuk singgah terlebih dulu dan menyapa generasi yang lebih muda. Ini yang membuat saya merasa tertampar sekaligus terharu karena sering disowani.

Semangat blogwalking yang ditularkan oleh Opa Tjipta dan Oma Rose menjadi pelajaran berharga bagi saya. Bahwa meskipun kita hanya berada di dunia maya, kita tetap bisa membangun ikatan emosional layaknya pada sebuah keluarga. Dan ya, Kompasiana adalah rumah kedua bagi saya, dimana Opa Tjipta dan Oma Rose adalah orang tua di dalamnya.

3. Cinta Jangan Pura-pura

Siapa bilang keromantisan hanya bisa dipamerkan oleh generasi muda? Bagi Tjiptadinata dan Roselina Effendi, usia bukan halangan untuk menunjukan romantisme.

Dalam artikel-artikelnya, Opa Tjipta maupun Oma Rose tidak sungkan untuk memamerkan foto berdua. Meski kerutan menjadi penghias tulang di wajah, kebahagiaan tetap terpancar dari senyum tulus serta tatapan penuh kasih dan sayang.

Salah satu prinsip hidup yang saya ambil dari Opa dan Oma adalah "cinta jangan pura-pura". Ya, jika cinta, maka katakan cinta. Jika sayang, maka katakan sayang. Tidak ada tempat bagi mereka yang hobi berpura-pura.

Potret romantisme Opa Tjipta dan Oma Rose | sumber: kompasiana.com/tjiptadinataeffendi21may43
Potret romantisme Opa Tjipta dan Oma Rose | sumber: kompasiana.com/tjiptadinataeffendi21may43
Selamat ulang tahun pernikahan, Opa Tjipta dan Oma Rose. Kiranya kita dapat berjumpa lagi, tentu saya sangat bahagia. Jika semesta memang belum mengizinkan, salam hangat dan doa dari saya akan terus mengalir untuk kebahagiaan Opa dan Oma.

Anandamu tercinta,

Tutut Setyorinie.

14/1/21

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun